Tahun 2023 lagi kangen-kangennya hiking dan naik gunung, jadi sejak saat itu mulai giat lagi untuk cari destinasi untuk hiking. Kali ini gue mau mencoba hiking ke Kawah Ratu, yang berada di taman nasional Gunung Halimun dan Salak, Jawa Barat.
Pendakian kali ini nggak terlalu berat, perkiraan total waktu naik – turun hanya sekitar 5 jam, jadi sangat cocok untuk one day trip, atau lebih sering dikenal sebagai tektok.
Gue mulai perjalanan dini hari sekitar pukul 04.00 dari Karawang. Total perjalanan dari rumah sampai ke basecamp sekitar 3 jam dengan jarak tempuh 144 km.
Belum juga mulai pendakian sudah lumayan effort untuk ke basecampnya, yah namanya juga rumah jauh ya haha. Tapi nggak cuma sampai di situ, karena sesungguhnya drama baru dimulai ketika sudah hampir sampai…
Hati-Hati ke Basecamp Kawah Ratu Kejebak Gmaps
Niatnya naik via jalur paling umum yaitu Pasir Reungit di Bogor dengan jarak hiking 7.7 km (2,5 jam). Sayangnya disasarin sama google maps. Kami baru sadar pas sudah ketemu jalan buntu di Sukabumi.
Iya, SUKABUMI. Beda kabupaten!
Cerita ini pernah gue bagikan di ig story:
Semua berawal dari ngesearch lokasinya dengan ‘kawah ratu’ lalu muncul lah titik maps bertuliskan ‘Kawah Ratu Gunung Salak’ dengan review 4.7 dari 1.3K orang. Alhasil kami nggak ngecek lagi, langsung 100% percaya pada arah yang dipilih Gmaps.
Tapi memang kalau percaya tuh 100% ke tuhan saja.
Harusnya tuh cari di gmapsnya dengan kata kunci “Kawah Ratu Jalur Pasir Reungit” yang berada di Gn. Sari, Kec. Pamijahan, Kabupaten Bogor. Padahal nih ya kalau dari awal langsung mengarahkan ke sini jarak tempuhnya tuh hanya 119 km!
Lumayan lah ngabis-ngabisin bensin gue 😅Â
Akhirnya kami tiba di basecamp Kawah Ratu via Cidahu pada pukul 06.51 pagi.
Jalur Pendakian Kawah Ratu
Seperti drama yang udah gue tuliskan di atas, jalur hiking Kawah Ratu itu ada dua yaitu via Pasir Reungit dan via Cidahu (yang juga dikenal sebagai Cangkuang).
Sebenarnya masih ada beberapa jalur lain yang bisa dilewati, namun bukan merupakan jalur resmi. Bisa juga sih hiking dari jalur resmi lain seperti Cimelati, lalu mendaki ke puncak Gunung Salak dan turun lintas jalur ke arah Pasir Reungit untuk berhenti di Kawah Ratu.
Tapi ya ngapain banget kan? Kayak kurang kerjaan aja hahaha.
Jarak tempuh dari Pasir Reungit – Kawah Ratu sekitar 7,7 km dengan elevation gain 340 meter. Sedangkan jalur Cidahu (Cangkuang) – Kawah Ratu berjarak 8,82 km dengan elevation gain 416 meter.
Jadi untuk yang ingin tantangan lebih, gue sarankan untuk ambil jalur via Cidahu saja. Jalur ini juga relatif lebih sepi, bahkan jalur ini juga digunakan para penggiat pecinta alam untuk melakukan kegiatan semacam ospek (seenggaknya itu asumsi gue setelah mengobservasi kegiatan mereka yang hanya sekilas)
Mencari Titik Mulai Pendakian ke Kawah Ratu
Selesai mengurus tiket, gue nggak langsung mulai hiking, rasanya ingin istirahat sejenak biar pikiran kembali fresh. Pagi ini diisi dengan sarapan pentol kuah dan melihar-lihat area pintu masuk TNGS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak) ini.
Kemudian balik lagi ke mobil untuk melanjutkan menuju titik akhir parkir kendaraan sebelum melakukan pendakian. Nggak jauh kok, paling hanya butuh 5 menit berkendara saja.
Sesungguhnya gue agak ragu akan lokasi parkir ini, karena tidak petunjuk yang jelas, juga tidak ada deretan kendaraan lain yang sedang parkir. Selain itu juga sepanjang jalan di TNGS ini ada banyak spot wisata maupun spot camping, jadi kami tidak tahu pasti ‘ujung’ jalan ini.
Sampai akhirnya kami melewati petunjuk jalur pendakian ke Gunung Salak yang kelihatannya sudah ditutup. Dari sini kendaraan masih bisa lewat, jalanannya pun masih bagus dan luas.
Tibalah kami di persimpangan antara jalur pendakian dan Javana Spa. Di sini sudah mulai ragu, apakah mobil masih bisa lewat? Sayangnya tidak ada petugas yang menjaga.
Jalurnya masih bisa dilewati mobil, walau tidak semulus jalan utama. Namun sudah mulai banyak bebatuan, pepohonan dan semakin sepi. Gue lihat ada beberapa rombongan yang jalan kaki.
Duh apa ini tidak bisa dilalui mobil ya?
Lalu kami ketemu batu besar di tengah jalan.
Wah ini sih emang kayaknya harus jalan kaki deh, jadi kami memutuskan untuk mundur perlahan, putar balik, dan parkir di warung terakhir yang kami lewati sebelum persimpangan ini. Tepat sebelum jalur pendakian yang ditutup tadi.
Di akhir pas sudah turun, kami baru tau bahwa jalur tadi yang ada batu besar itu bisa dilewati kendaraan. Bahkan jauh di atasnya itu ada tempat parkir yang luas untuk mobil dan motor. Yah sudahlah memang jatahnya jalan kaki berarti.
Pendakian Kawah Ratu via Cidahu
Pendakian ke Kawah ratu baru benar- benar dimulai pada pukul 8 pagi. Lumayan kesiangan sih dibanding rencana awal kami, jadi kami rencana akan makan siang di area kawah sekalian beristirahat. Untuk makan siang, gue beli nasi telor aja dari warung terakhir. Memang tidak niat makan besar sih yang penting tenaga ke-isi.
Jalur pertama masih berupa jalanan aspal dengan pohon pinus tinggi, lalu jalan mulai berbatu namun masih dihiasi oleh pohon pinus.
Lalu jalurnya berubah menjadi tanah bebatuan dengan jalur yang lebih sempit dan hanya bisa dilalui satu motor. Nggak ngeliat ada motor lewat sih selama hiking kemarin, tapi setelah jalur ini kami ketemu warung dan kebun warga, nah di sinilah kami lihat ada beberapa motor parkir milik warga.
Sesaat dari warung di tengah kebun ini ada aktivitas pembakaran, entah kayu atau sampah yang dibakar, yang jelas udaranya jadi nggak enak penuh asap.
Gue buru-buru melewati area ini. Sepanjang jalan gue melihat banyak warga yang motong kayu, pas ditanya sih katanya akan ada area camping didirikan di sekitar sini nantinya.
Nggak lama kemudian gue tiba di simpang bajuri, pertanda kamu berada di simpang ini adalah harus menyebrangi sungai mini lalu akan ada papan petunjuk di pohon yang bertuliskan jarak tersisa menuju kawah ratu.
Di area simpang bajuri ini juga teradpat pondok yang bisa digunakan untuk beristirahat. Nah persimpangan ini juga lah tempat berpisahnya para pendaki yang ingin ke Kawah Ratu dengan pendaki yang ingin ke Puncak Gunung Salak.
Cuman gue kayaknya ga akan lewat jalur ini sih kalaupun ingin ke Gn. Salak, lebat bener vegetasinya, sampai-sampai jalannya tidak terlihat.
Dari simpang bajuri menuju Kawah Ratu itu sudah tinggal 1/2nya saja, namun perjalanannya akan jauh lebih menyenangkan dan lebih natural.
Tidak perlu khawatir dengan jalur yang semakin menyempit dengan vegetasi yang semakin lebat, memang begitu kok. Jalan setapak juga terlihat jelas walau kadang tertutup oleh daun dan ranting.
Serunya lewat sini ternyata kita akan melalui aliran air sungai, seru, soalnya nggak hujan. Kebayang kalau hujan akan sebecek dan selumpur apa area ini. Pun tidak hujan, jalan mendekati Kawah Ratu sangatlah becek dan penuh lumpur.
Aroma belerang semakin tercium menyengat, tanda-tanda sudah dekat dengan kawah. Vegetasi pun mulai berkurang, dan dari balik hutan gue bisa melihat jelas asap kebul dari kawah.
Wah ini dia pemandangan yang menakjubkan dari Kawah Ratu!
Kami tiba dari sisi ‘atas’ kawah, yang berarti mengharuskan kami perlahan menuruni jalan yang lumayan terjal untuk bisa mencapai ke sisi sungai kawah ratu.
Tidak semua air sungai ini memiliki hawa yang hangat, mungkin tergantung dari kedekatannya dengan kawah. Gue nggak begitu yakin.
Puncak Kawah Ratu
Sebenarnya mau dibilang puncak juga bingung ya, karena lokasi papan nama Kawah Ratu ini berada di tengah-tengah aliran sungai kawah. Tentu saja posisinya dikelilingi oleh tebing-tebing yang lebih tinggi. Bahkan dari foto pun sudah keliatan ini bukan titik tertingginya.
Tapi kan ini kawah ya? Kawah kan berbentuk cekungan, ya mana ada dia ‘puncak’
Jadi ya kita anggap saja ini titik kawah ratu berada hahaha.
Perlu sedikit kehati-hati-an untuk bisa berada di sini, jalannya berbatu dan kadang licin terkena air. Tanjakannya pun lumayan curam, jadi mesti pintar-pintar memilih jalur agar lebih nyaman.
Sesuai prediksi, kami tiba di sini sudah mendeketai jam makan siang. Kami keluarkanlah nasi bungkus kami, ternyata enaaaaak banget rasanya, padahal cuma nasi sama telor.
Dari tempat kami makan, gue mengamati pengunjung lain yang sedang asyik mandi di air belerang, bahkan banyak yang melumuri badannya dengan belerang berwarna putih.
Banyak sekali pengunjung yang berasal dari sebrang sana, iya, sebrang, tempat para pendaki dari Pasir Reungit memulai pendakian. Jujur lumayan penasaran sama jalur via pasir reungit, tapi sayangnya kami bawa kendaraan pribadi. Jadi mau nggak mau harus balik lagi ke Kabupaten Sukabumi…
Total Waktu Pendakian ke Kawah Ratu via Cidahu
Berapa lamanya perjalanan naik turun via Cidahu ini tentu saja banyak faktornya. Sebagai gambaran, total perjalanan gue kemarin dari parkiran hingga ke parkiran lagi itu 4 jam 57 menit. Sudah termasuk makan siang dan istirahat 1 jam di puncak Kawah Ratu.
Ritme berjalan gue pun termasuk santai, beberapa kali juga berhenti untuk bikin konten atau mengagumi flora yang ada.
Apalagi kalau direkamin orang yang adaaaa aja nggak puasnya, jadinya ngulang terooooss. Bikin tambah lama waktu pendakian. Kamu gitu juga nggak sih?