Mungkin udah banyak yang tau ya kalau ke Lawu itu ada tiga jalur pendakian dengan tingkat kesulitan masing-masing. Mulai dari yang easy, lewat jalur cemoro sewu, lalu medium lewat jalur cemoro kandang dan yang terakhir hard lewat jalur Cetho. Alhamdulillah gue udah pernah ke Lawu via cemoro sewu dan cemoro kandang, hanya lawu via cetho yang kepingin tapi belum pernah kesampean.
Pengennya sih udah dari lama banget, jaman-jamannya lagi seneng banget sama pendakian. Jujur aja, ragu gitu pendakian via Cetho, karena ya memang gosipnya itu jalur yang puanjang, luama, dan nuanjak uabes. #ngomongapasihgue
Umumnya, para pendaki yang naik Lawu via Cetho membutuhkan waktu 3 hari 2 malam perjalanan. Sebagai mahasiswi yang rajin kuliah, kan susah ya nyari waktu libur yang pas, belum ditambah istirahat pasca-pendakian.
Suddenly, gue bosen banget di malam hari, jam udah menunjukkan pukul 11 malam tapi kok nggak ngantuk sama sekali. Instastory semua orang udah dilihat, twitter udah sampe nggak bisa discroll lagi, akhirnya gue iseng nyari #caribarengan di instagram dan menemukan salah satu akun gunung yang nge-post khusus untuk orang-orang yang cari barengan pendakian. Setelah scroll kolom komen gue menemukan satu comment dari bang Firman kalau dia ingin ke Lawu via Cetho keesokan pagi nya, bareng dua temannya.
Gak pake fafifu, langsung nge-mention bang Firman saat itu juga, pembicaraan lanjut via DM dan WA. Paginya, gue langsung mengumpulkan barang-barang pendakian gue, dan bersiap packing juga membeli logistik. Sekitar jam 11 siang berangkat menuju basecamp pendakian Lawu via Cetho.
Harga Retribusi 15.000/orang. Untuk yang bawa kendaraan bisa dititipkan di basecamp (sebelah kanan Candi Cetho) lalu melakukan pembayaran retribusi di jalan menuju jalur Candi Kethek (terpisah). Tingal ngikutin jalan lurus aja dari basecamp, tepatnya di kiri nya Candi Cetho nanti ada tangga naik ke atas, nah disitu. Biaya parkirnya 5.000/hari.
Nah Bang Firman dkk akan lintas jalur, naik lewat Cetho pulangnya lewat Cemoro Sewu. Lintas jalur kayak gini juga udah jadi favorit para pendaki, karena jelas turunnya lebih singkat. Namun tidak bagi gue, karena gue menitipkan motor juga kan di Basecamp, yak masa motornya ditinggal WQWQ
Kuy langsung lanjut aja catper gue
Basecamp – Pos 1
Setelah dari basecamp kalian lurus aja jalan ke arah Candi Kethek. Jalanan tangga dan ada beberapa warung ala ala ungaran gitu, terus baru jalanan berupa tanah dengan vegetasi. Nggak lama kemudian ada pertigaan ke arah air terjun, ambil arah yang kebawah, ngelewatin sungai kecil.
Baru sekitar 50 m kemudian ketemu Candi Kethek. Nah baru deh perjalanan sebenernya dimulai. Perjalanan masih landai, lumayan ada bonus dikit, turunan, inget, dikit aja, lumayan untuk tarik napas pemanasan mulai pendakian.
Dari basecamp menuju Pos 1 jalanannya nanjak normal. Capek ga? Ya capek lah namanya juga naik gunung. Tapi nggak ekstrim, bahkan banyak mas-mas yang jalan terus pantang istirahat, santai aja gitu
1 jam 15 menit kemudian sampai di Pos 1, ada bangunan yang bisa buat leyeh-leyeh. Sepertinya bangunan ini bangunan baru pengganti yang lama nggak jauh dari situ (bangunannya udah roboh)
Pos 1 – Pos 2
Dari sana kira-kira membutuhkan waku 1 jam menuju ke Pos 2, ada bangunannya juga, enak buat kongkow, dan ada pohon besar untuk berteduh, walaupun sebenenrya hawa nya mistis banget. Pas perjalanan balik, gue pengen banget nih istirahat di sini, berhubung sudah malam dan senter gue redup, pengen nungguin rombongan di belakang. Sayangnya, disini malah bau kembang! mistis banget
Pos 2 – Pos 3
Selanjutnnya jalannya udah semakin nanjak tapi masih bisa ditolerir. Sekitar 1 jam an sampai di mata air, nah gue sempet terkecoh, udah seneng gue kira ini Pos 3, ternyata bukan. Dari mata air ini kira-kira 8-10 menitan udah sampai di Pos 3
Kalau ingin menginap, rekomen nih disini, lumayan banyak spot. Deket sama mata air juga
Pos 3 – Pos 4
Pos 3 menuju Pos 4, jalanannya tiada ampun. Nanjak terus mak, apalagi gue naiknya pas musim hujan. Rasanya yaamppuuuun itu kaki, paha, sama pinggang udah jerit-jerit disuruh kerja paksa. Jalanan nanjak dikit, keseok. Untungnya ada vegetasi, jadi ada beberapa batang pohon yang bisa dijadiin pegangan jika lelah. Karena jalannnya tanah jadi ya becek dikit kamu tergeol.
Spot di Pos 4 nggak sebanyak di Pos 3, pas nyampe yang ada bangunannya bisa untuk empat tenda, 2 di kanan, 2 di kiri. Lalu ada lagi ke-atas-an bisa dipake banyak. Rada luas. Terus yaudah, ssanya harus keatasan lagi, cari spot agak luas dikit dipinggir jalan. Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 ini sebenernya nggak begitu jauh sih, tapi yaampun itu nanjaknya bikin pingin misuh.
Pos 4 – Pos 5
Pos 4 menuju pos 5 masih disambut tanjak tanjakan cantik. Setelah tanjakan ini berakhir, perjalanan jadi begitu mulussss. Ada jalanan landai yang asoy banget buat kaki. banyak pepohonan yang pengen banget disenderin. Lalu vegetasinya mulai berubah semacam bukit. Naikin bukit sekali lalu kamu akan mendapatkan reward berupa hamparan sabana yang luas. Jangan tertipu, ini belum Pos 5. Tapi tanda-tanda sabana indah di Pos 5 sudah terasa.
Pos 5 – Puncak
Pos 5 ini bisa dibilang tempat foto paling oke oce. Setelah melewati bukit cinta, kalian akan disambut sabana yang super luas. Enak banget buat gelindingan, tapi jangan puas dulu. Tanjakan dikit lagi diujung sabana dan kamu akan disambut oleh sabana yang lebih AWESOME. Perjalanan kira-kira 1 jam sampai di warung mbok yum. Lalu sekitar 30 menit sampai ke Puncak Hargo Dumilah
Konsumsi Air
dari basecamp menuju mata air sebelum Pos 3 : hampir 1.2 L
Mata air menuju Pos 4 : 300ml
Pos 4 Menuju Pos 5 : 300 ml
Jadi minima banget bawa 2 L, perkirakan juga konsumsi air saat nge-camp (pas makan) dan air untuk masak. Walaupun ada beberapa spot mata air di Gunung Lawu, tapi jangan terlalu berharap. Karena sumber air nya bukan asli dari tanah, tapi hanya dari aliran pipa yang entah sengaja/tidak sengaja bocor. Waktu gue nanjak, mata air pos 3 masih ada air deras, pas pulang eh susah banget ngambil air karena pipa nya dibenerin
P.S. Konsumsi air diatas berdasarkan pegalaman gue pribadi aja, nggak bisa dikategorikan sama untuk semua. Gue tipe yang nggak banyak minum setiap istirahat bentar, cuman basahin kerongkongan yang kering aja
So far, pendakian Lawu via Cetho memang sangat melelahkan, but at least try once!
Naik gunung itu memang kegiatan yang menyenangkan, namun pastikan hati dan pikiran kita selalu bersih agar tidak mengalami kesulitan pada saat naik gunung nanti,
setujuh!
Seru bangeet… Aku blum pernah ke lawu malah. Katanya di sana ada desa tertinggi di Jawa ya?