Hai selamat datang di Explore Turkey Series episode perdana. Senangnya bukan main bisa kembali lagi ke negara dua benua ini. Berhubung sudah pernah nulis tentang panduan backpacker ke Turki beberapa tahun lalu, kali ini mau cerita dari sisi catatan perjalanan untuk seorang turis yang mau bergaya BPJS (budget pas-pasan jiwa sosialita). Semoga artikel ini bisa menjadi rekomendasi tempat wisata di Istanbul untuk kamu ya.
Dirancang khusus untuk pegawai kantoran yang cuma punya cuti maksimal 1 minggu. Dengan sentuhan religi, karena memang trip kali ini terinspirasi dengan cerita nabi di masa kecil, yang sekarang sudah agak lupa 🙁
Perjalanan kali ini super padat dan ringkas, kalau dulu punya waktu 4 hari 3 malam di Istanbul, kali ini cuma punya waktu kurang dari 24 jam! Tapi tenang, kalau kamu nggak mau buru-buru bisa banget kok ditambahin harinya atau skip beberapa tempat yang nggak mau dikunjungi. Buat yang ada rencana ke Turki dan mau ngikutin itinerary gue, silahkan comment emailnya di bawah ya atau DM ke instagram.
Petualangan dimulai dari hari Minggu, 16 Oktober 2022. Gue berangkat naik Turkish Airlines jam 21.00 WIB dari Bandara Soekarno hatta. Kala itu bandara dipenuhi dengan rombongan umroh dari berbagai agen perjalanan. Setelah sekian lama umroh ditunda karena pandemi, sekarang jadi ikutan terharu ngeliat banyaknya yang rindu ke tanah suci.
Barangkali suatu saat nanti bisa jadi bagian dari jemaah umroh dan haji. Aamiin.
Setelah semua on-board, pesawat lepas landas sesuai jadwal. Selang sejam kemudian, pramugara sigap membagikan makan malam untuk para penumpang. Perjalanan selama 12 jam di udara sudah gue abadikan dalam bentuk vlog youtube yang bisa kamu tonton di sini.
Tiba di Bandara Istanbul yang Super Luas
Tepat pukul 05.00 pagi waktu Turki (GMT+3) gue sampai di bandara Istanbul. Fun fact, ternyata ini adalah bandara baru Turki sejak tahun 2018 tapi tetap menggunakan kode bandara yang sama seperti bandara lamanya, yaitu IST.
Pantes aja, gue sempet bingung. Katanya IST ini bandara terbesar dan termewah, lalu lokasinya juga jauh dari Taksim Square. Padahal seingat gue, bandaranya nggak gede-gede banget, B aja, dan nggak begitu jauh dari pusat kota, bahkan bisa naik bus. Lokasinya berada di sekitaran Barkikoy.
Ternyata oh ternyata, dia ganti lokasi tapi namanya sama wkwk.
Cara beli dan naik transportasi dari bandara ke pusat kota juga cukup mudah kok. Dari bandara gue langsung naik bus Havaist seharga 67 Lira atau setara Rp 56.950 untuk menuju ke Taksim Square dengan waktu tempuh +- 1,5 jam.
Begitu sampai di Taksim square, hal yang pertama gue lakukan adalah menukar uang dollar ke Turkish Lira. Kenapa bawa dollar? Mungkin masalah perduitan yang bikin paling cuan ini akan gue bahas di artikel terpisah ya.
Penitipan Koper dan Tas di Taksim Square, Istanbul
Berhubung di Istanbul hanya < 24 jam, dan gue mau bebas jalan-jalan kesana kemari, maka menitipkan koper sudah menjadi langkah yang tepat. Gue menemukan toko ini dari google maps, namanya Istanbul Luggage Storage. Harga penitipannya dihitung per hari. Jadi walaupun kurang dari <24 jam maka akan dikenakan biaya 1 hari. Begitu juga misal titip jam 7 malam lalu diambil besoknya jam 12 siang, maka dikenakan biaya 2 hari.
Harganya 80 Lira per koper per hari atau sekitar Rp 68.000. Cukup worth it lah.
Explore Istiqlal Street di Pagi Hari
Ini pertama kalinya gue ke jalan istiqlal di pagi hari. Sekalian cari sarapan kumpir-makanan kentang dengan berbagai topping, pikir gue. Sayangnya nggak kesampean huhu. masih terlalu pagi jadi belum pada buka. Rata-rata gerai di Istiqlal baru buka jam 09.00/10.00 pagi. Emang agak aneh aja sih ke sini pagi-pagi, karena memang Istiqlal Street ini lebih “hidup” di malam hari.
Jalanan terasa lenggang, dan lebih sering menemukan kendaraan lewat dibanding orang. Ohya, lokasi ini juga menjadi salah satu destinasi yang menurut gue harus kamu datangi. Salah satu jalan yang paling terkenal di Istanbul dengan pedestrian yang elegan sepanjang +- 1,4 KM. Di sini kamu bisa menemukan banyak butik, toko musik, bioskop, cafe, klub malam, toko barang-barang branded, gereja, sekolah, gedung konsulat dan juga kedai makanan.
Bangunannya juga kebanyakan bergaya art-deco, lalu ada trem iconic yang jalurnya berada di tengah pedestrian, sehingga vibes Eropanya akan terasa sekali. Bahkan katanya, dulu ini adalah jalan yang paling fashionable banget. Walaupun Turki berada di dua benua dan paling banyak bagian negaranya berada di Asia, tapi negara ini paling banyak ter-influence dari Eropa. Nggak heran, dulu kalau mau ke Istiqlal Street cuma buat orang-orang yang pakaiannya paling kece ala kebarat-baratan.
Ada juga yang bilang, pada zaman itu, kalau mau ke Istiqlal Street harus pakai jas dan gaun. Wah jadi berasa Istiqlal Fashion Week ya.
Di ujung jalan Istiklal, dekat dengan tunnel bawah tanah, kita beli Istanbul card, tepatnya di Stasiun Metro Şişhane. Pro tips! beli kartu untuk masing-masing orang. Walaupun 1 kartu bisa dipake beberapa orang, tapi kamu akan mendapatkan tarif termahal alias tarif maksimum dan nggak akan dapat diskon gratis naik transportasi selama 90 menit.
Jadi, akan lebih cuan kalau masing-masing orang punya kartunya sendiri yaa.
Galata Tower, Kisah Support Penaklukan Konstatinopel
Dari Metro Şişhane ke Galata Tower cukup jalan kaki aja, jaraknya sekitar 500 meter. Gang-gang di sini juga indah untuk ditelusuri, ada banyak toko-toko yang menjual pernak-pernik untuk oleh-oleh juga.
Menara Galata ini sudah ada sejak abad pertengahan dan mempunyai banyak cerita, terutama pada saat penaklukan konstatinopel oleh Sultah Muhammad Al-Fatih (Mehmed II) pada tahun 1453. Awalnya menara ini fungsinya sebagai tempat pengawasan di sisi utara dan wilayah golden horn, karena itulah letaknya berada di atas bukit.
Yah tapi sekarang bukitnya sudah banyak sekali pemukiman ya haha. Tapi tetap saja kamu akan merasakan untuk mencapai ke Menara Galata ini jalannya akan menanjak. Dulu, ini adalah satu-satunya bangunan tertinggi, udah gitu ada di atas bukit pula. Area lainnya hanya berupa pepohonan.
Menara Galata (Galata Kulesi dalam Bahasa Turki) dulunya dikuasai oleh Kekaisaran Bezantium. Nah sewaktu peperangan antara Konstatin dengan Kesultanan Turki ini berlangsung sebenarnya Kaisar Bezantium tidak berpihak kepada keduanya, karena beliau juga yang mensupply alat perang dan makanan ke kedua belah pihak.
Hingga akhirnya Kaisar Bezantium membantu Sultan Al-Fatih untuk tidak membeberkan rencananya untuk menyebrangkan kapal-kapal Sultan Al-Fatih melewati bukit di sekitaran Galata Tower yang tujuannya menyerang pertahanan Benteng Konstatinopel.
Kalau kamu tertarik dengan cerita penaklukan konstatinopel (yang sekarang menjadi Istanbul) bisa nonton seriesnya di Netflix, judulnya the conquerer. Asli seru banget.
Tiket masuk ke Menara Galata lumayan costly, sekitar 200 – 250 ribu rupiah/orang, udah gitu antriannya mengular panjaaaaang banget. Gue memang tidak ada niatan untuk masuk juga sih, tapi tujuannya adalah menikmati Sebastian Chocolate sambil melihat megahnya Menara Galata.
Kue cheesecake dilumuri coklat ini lagi ngehits banget bagi warga lokal Turki, jadi gue pun penasaran untuk ikut cobain. Harga 1 porsi Cheesecake Sebastian Chocolate ini 85 lira, mirip lah kayak kue di cafe-cafe hits Jakarta. Enaknya adalah kafe ini pas banget berada di depan Menara Galata, sudah pasti gue memilih spot terbaik untuk bisa makan sambil ngeliatin menara tanpa kehalangan kepala orang lain hehe.
Makan Kebab Daging Domba di Sultanahmet Köftecisi
Köfte dalam bahasa Indonesia artinya adalah daging. Jadi ini mungkin ini kayak warung dagingnya Pak Sultanhamed atau warung daging di area Sultanahmed gitu kali yaaa. Hahaha. Daging domba di Turki ini emang nggak perlu diragukan lagi lah rasanya, ngangenin banget. Gue mupeng udah berbulan-bulan, jadi selama di Turki ini pengen puas-puasin makan daging.
Jujurly, pengen banget nyobain kebab di sini karena teracun sama videonya JWestBros, ngeliat mereka makan tuh kayak nikmat banget jadi pengen nyobain seberapa nikmat sih ini resto ini.
Setelah dicobain emang enak, tapi gue bisa bilang di resto manapun rasanya sama enaknya! Hahaha. Kalau kamu mau cobain yang sudah terjamin rasanya bisa pilih resto yang dipenuhi sama orang-orang mengantre ya. Kurangnya adalah karena restonya rame dan banyak yang ngantre, jadinya agak sungkan kalau mau berlama-lama di resto. Kesimpulannya kalau menurut gue sih mau random juga bebas aja, udah yakin banget rasanya endulita.
Sultanahmet Köftecisi ini lokasinya pas banget disebrang Masjid Sultan Ahmed. Kalau naik kereta, bisa turun di Stasiun Sultanahmet lalu jalan sedikit ke arah Galata Tower, nah nanti ketemu deh sama restonya. Total makan berdua di sini yaitu 306 lira, nggak terlalu mahal karena gue pesan ayran, 2 nasi, soup, dan 2 macam daging.
Menuju Istana Konstatinopel yang Berubah Menjadi Hagia Sophia
Sebelumnya, kami juga mengunjungi Blue Mosque atau yang sering dikenal dengan Sultan Ahmed Mosque. Saat berkunjung ke sana, bangunannya lagi direnovasi, dan hanya ada beberapa waktu saja untuk berkunjung. Kecuali untuk yang beragama Islam dan ingin mengerjakan sholat maka bebas untuk masuk ke dalamnya.
Tepat disebrangnya terletak Masjid Hagia Sophia. Yup, sekarang sudah menjadi masjid kembali. Alhamdulillah ya, jadi nggak perlu bayar tiket masuk hehe. Terakhir kali ke sini masih berupa museum soalnya.
Pastinya bangunan ini adalah bangunan yang sangat bersejarah baik bagi umat muslim maupun kristen.
Sayangnya, area lantai 2 Hagia Sophia (biasa disebut Aya Sofia) sedang direnovasi, jadi kita nggak bisa lihat peninggalan sejarah di sana. Niatnya mau menggantikan foto-foto lama yang hilang jadi nggak kesampean deh huhu. Apakah ini pertanda aku akan balik lagi?
Jajan Sore di Selat Bosphorus
Kapan lagi bisa santai sore sambil ngeliatin dua benua, Eropa dan Asia? Nyantai sore sambil makan makanan ringan di sini nggak boleh dilewatkan. Suasananya enak banget untuk istirahat setelah jalan-jalan seharian sambil mengisi tenaga.
Udah gitu pemandangan juga nggak ada habisnya, bisa ngeliatin kapal yang datang dan pergi, orang-orang pada mancing atau ngeliatin keluarga yang lagi kuralang-kuriling.
Ceritain wisata kuliner tanpa video tuh rasanya kayak ada yang kurang ya? Semoga bisa ada semangat untuk ngedit video nyobain street food Istanbul yaa, boleh disubscribe aja dulu Youtube insalamina, biar nggak ketinggalan hehe.
Ziarah ke Makam Ayyub, Sahabat Rasulullah
Dulu, mana kepikiran untuk ziarah ke makam sahabat nabi, bahkan tau aja nggak. Setelah nontonin sejarah-sejarah islam yang ada di Turki, ketemulah sama tempat ini.
Ada yang sudah tau cerita Abu Ayyub al-Anshari, sahabat rasulullah satu ini?
Lokasinya berada di Eyüp Merkez, Eyüpsultan/İstanbul, paling gampang tinggal search aja Eyüp Sultan Mosque. Di area makam Ayyub (dalam bahasa Turki Eyüp) memang didirikan masjid yang besar, yang namanya pun diambil dari nama Ayyub.
Suasanya tenang banget, karena masjidnya ini dekat dengan laut, lalu di dekat area masjidnya pun terdapat air mancur berbentuk lingkaran dengan area lapang yang luas. Wah ini sih mau makan sore sambil santai di sini juga cocok banget. Dilengkapi dengan banyak pohon rindang, taman dan kucing jalanan yang makmur banget hidupnya, gendut gendut.
Mencicipi Hiburan Malam di Istiqlal Street
Setelah berkunjung kesana-kemari akhirnya tiba waktunya untuk bertolak ke kota lainnya. Niat hati ambil koper naik taksi biar lebih praktis dan menghindari jalanan yang naik-turun, eh nggak jadi karena ternyata ada halte bis yang jaraknya lebih dekat dengan tempat penitipan koper.
Setelah ambil koper, gue langsung cus menuju halte bus Havaist Taksim Square. Tapiii karena sudah belajar nih tadi pagi jalanan lewat gang di sisi ini tuh naik-turun, akhirnya gue nyebrang dulu ke Jalan Istiklal lalu melewati perjalanan menuju Taksim Square sambil melihat hiburan di sepanjang jalan ini.
Wah sangat berbeda sekali suasana malam dan pagi hari. Niatnya sih ingin bawa bekel makan malam, tapi waktunya terasa mepet sekali dengan jadwal Bus Havaist selanjutnya. Akhirnya langsung ajalah bergegas dari Taksim Square ke tempat halte Bus yang berada persis di depan Point Hotel Taksim.
Kali ini naik busnya bukan lagi ke bandara IST, melainkan bandara SAW (Sabiha Gökçen) dengan tarif bus yang lebih murah, sekitar Rp 43.000. Mau kemana kah aku? Baca selengkapnya di cerita perjalanan Turki episode berikutnya yaaa!