Waw judulnya kontroversial ya. Memang pengalaman couchsurfing gue beragam, mungkin teman-teman yang sering menggunakan couchsurfing apalagi yang di luar negeri akan setuju dengan judul kontroversial ini.
Nano-nano banget rasanya, kita bener-bener nggak bisa menilai suatu negara, suatu ras, suatu kalangan hanya karena suatu hal. Karena memang yang gue pelajari dari selama gue menggunakan couchsurfing adalah gue bisa menemukan orang yang berbeda satu sama lain perlakuannya walaupun berada di lingkungan yang sama. Semua memang kembali pada individu masing-masing
Hal yang harus kamu pastikan sebelum menggunakan CS adalah kamu harus bisa adaptasi. Namanya juga tinggal di rumah orang, jadi kita harus bisa menyesuaikan dengan kebiasaan orang tersebut.
1. Seru-seruan Bareng Komunitas CS di Bangka
Waktu gue mengadakan open trip yang privat –karena ngajaknya kerabat dekat aja– gue mencoba menghubungi cs di daerah setempat. Tujuannya sebenernya biar ada yang jelasin dan temenin jalan, guide lokal gitu haha. Di pertengahan jalan ada seorang solo traveller yang bergabung, namanya Pandi. Ternyata Pandi ini juga suka menggunakan couchsurfing di Indonesia. Gue pikir animo masyarakat Indonesia untuk menyambut warga Indonesia lainnya sedikit, karena mereka lebih semangat buat nyambut tamu mancanegara. Nyatanya nggak juga, Pandi ini selalu menemukan CS saat dia tour Sumatera.
Uniknya, CS yang gue hubungi dan yang Pandi hubungi sama-sama kenal, bahkan mereferensikan satu sama lain. Wah pas tau gitu, jadi serasa mau ketemu temen lama. Lah hahaha. Taunya, couchsurfing di Bangka ini punya komunitas, jadi mereka ini memang dekat juga. Ih seru banget ya, setelah itu gue langsung mencari komunitas CS di kota asal gue. Gue merasa sangat disambut oleh mereka, bayangin aja, kami kan datang berlima. Mau aja lagi nampung lima orang begini. Hatur nuhun ya!
2. Pengalaman Pertama Menggunakan CS di Negara Turki
Pengalaman couchsurfing satu ini bisa jadi kenangan yang paling uwow. Gue yang masih unyu-unyu kala itu memberanikan diri menuliskan trip dan mencari host di Turki. Negara yang stereotypes nya adalah harus hati-hati karena konflik yang ada. Setelah gue post di CS, gue kaget juga melihat inbox gue banjir calon host yang menawarkan keramah-tamahannya.
Jujur aja gue seneng, tapi gue juga jadi agak parno, karena gue liat yang message gue mostly cowok. Duh nggak mau suudzon tapi gimana dong? akhirnya gue pilih-pilih, ini pengalaman pertama ke luar negeri yang jauh dan pertama menggunakan cs. Gue harus super picky! Akhirnya gue memilih remaja seumuran, namanya Yusra. Sungguh pilihan yang sangat tepat. Uniknya, ternyata ini juga pertama kalinya dia nge-host orang di CS.
Bisa gue bilang juga, Yusra dan keluarganya super royal sama gue. Mungkin kasihan kali ya ngeliat anak cewek sebatang kara diluar negeri kurus kering. Setiap hari gue dikasih makan 3 kali sehari, dikasih kamar sendiri, diantar jalan-jalan dan dipinjemin kartu transportasi dong. Wah gue merasa ucapan terima kasih aja nggak cukup nih buat Yusra dan keluarganya. Super baik banget!
Selain kebaikannya, gue juga nggak akan lupa sama hari terakhir bersama keluarga Yusra di Istanbul. Pagi itu, gue sarapan seperti biasa, roti dengan nutella, berbagai pilihan keju, olive oil dan telur. Lalu setelah pamit dengan ibu nya, gue diantarkan oleh Yusra, Ayahnya, dan supirnya. Disini lah momen yang keren bagi orang norak kayak gue.
Tau film men in black? nah pagi itu gue berasa sedang ada di film Men in Black. Ayah Yusra mengenakan setelan jas hitam turun menuju mobil sedan hitam. Sang supir membawakan koper hitam, lalu membukakan pintu mobil sedan hitam yang kita gunakan. Nggak lupa, si supir pake jas hitam juga dong. Omeji ini supir aja jadi ganteng gini yak 🙁
3. Host mancanegara di Kamboja
Diawal tahun 2017 gue melakukan trip ke beberapa negara indochina. Nah saat menuju Kamboja, gue berniat menggunakan CS lagi, berharap dapat inapan gratis, karena disana lebih memilih menggunakan USD sebagai alat tukarnya, mahal dong gue mikirnya. Lagi-lagi, gue lebih banyak menerima message dari cowok, mulai deh kekhawatiran gue muncul. Ditambah, rata-rata display picure cowok-cowok ini hanya menunjukkan pemandangan, tidak ada foto, ataupun foto perutnya yang six-pack. Duh!
Berhubung nggak ada cewek yang ngehubungi gue, jadi gue inisiatif pesen hostel. Gue nggak mau bobo bareng mas-mas yang gue curigai jiahahha, lagipula di profil CS nya tidak menunjukkan dia tinggal bersama istri/keluarganya, makin takut kan. Nah, walaupun tidak menginap di tempat tinggal host, gue tetap memanfaatkan orang-orang ini untuk menuntun gue ke jalan yang benar.
Hidayah kali ah.
Maksudnya, gue bakal tanya-tanya tentang, gimana itu, giaman ini, cara kesana kemari atau bahasa lokal. Sewaktu gue menanyakan tentang bis malam yang reccommended untuk ke Phnom Phen, si cowok ini meminta untuk mengirimkan foto tiket bis gue, bilang mau memastikan tempat pemberhentian, apakah benar bisnya dll. Bodohnya, gue kirim dong. Setelah itu gue melakukan perjalanan dan sudah hilang sinyal internet. Bis yang mengantarkan gue ini harusnya tiba sekitar jam setengah 5 pagi, namun saat masih jam 4 pagi, ditengah jalan raya, kondektur bis membangunkan gue
“intan? intan?”
Loh iya benar, terus pas gue tanya ada apa, dia bilang kalau temen gue udah jemput diluar bis. Kaget dong gue…
Gue mendadak inget CS gue, gue mau mengelak itu bukan temen gue, tapi si abang kondektur ini maksa untuk turun dan memastikan. Wadaw. Iya benar dia orangnya. Oke lah gue iyain aja, daripada nggak ada tempat bernaung pagi-pagi kan haha. Pas gue tiba di tempat dia tinggal, ternyata dia disana sewa semacam kos-kosan gitu. Hanya ada kamar dengan 1 bed dan kamar mandi, nahloh, tidur mane gue. Gue usahain untuk tetap stay awake, turns out dia pergi keluar dan gue udah gak kuasa akhir nya gue tidur lagi, ngantuk banget coy.
Kos-kosan? iyes, dia memang bukan warga negara kamboja asli, jadi dia mengaku bekerja sebagai Business Development sebuah perusahaan di Kamboja. Gue aslinya nggak tau juga dia aslinya negara mana hahaha. Mungkin karena itu juga dia mau bantu para traveller, karena sama-sama pendatang.
Sekita jam 9 gue bangun, orangnya belum balik, gue memastikan di kamarnya nggak ada yang mencurigakan dulu. Gue periksa seluruh ruangan termasuk kamar mandi apakah ada cctv/kamera tersembunyi hahaha, udah antisipasi banget kan. Setelah merasa aman, akhirnya gue mandi. Agak siangan dia balik dan gue diajak jalan kesana kemari naik motor, wah baik juga ya. Maap yak bang udah agak negative thinking.
Semuanya begitu indah, sampai akhirnya di malam hari dia mencegah gue untuk ke hostel dan sedikit memaksa gue untuk nginep bareng dia dong.
“setelah semua yang gue lakukan hari ini, lo lebih milih nginep di hostel? kamu nggak ngerhagain aku sebagai host? hoek cuih”
Ya gak gitu sih, tapi kalimat pertama beneran. Gue mulai insecure lagi kan, akhirnya gue memilih untuk cepat-cepat naik tuk-tuk berapapun harganya dan menuju hostel pilihan gue. Doa gue cuma satu, jangan sampai dia nyusulin ke hostel.
Sebenernya nice guy sih, tapi serem. Di tiap ada kesempatan dia sering banget nge-foto gue, yang gue pikirnya baik malah jadi kepikiran buruk. gara-gara keinget ada orang yang bilang, ada sekumpulan orang yang suka ngaku-ngaku kalau dia ngapa-ngapain sama ini cewek gitu. Yah pokoknya mah hati-hati aja ya guys.
4. Cowok Prevert di Malaysia
Kala itu gue lagi bawa rombongan, gue emang suka ngabarin gitu di CS barangkali nemu orang yang seru untuk diajak ngomong soal traveling. Nyatanya duh mengkhawatirkan sekali yang satu ini. Kita sebut saja dia Mas Pion. Gue sangat terbuka untuk ketemu sama orang baru, berharap bisa bertukar cerita. Singkat cerita gue bilang lagi makan bareng teman-teman di sebuah kedai makanan, Mas Pion ini menyanggupi untuk datang.
Gue pikir, ceritanya akan menyenangkan sekaligus ngobrol bareng teman-teman yang lainnya kan. Nyatanya Mas Pion tidak terlalu berbaur dengan yang lainnya, mengarahkan kursinya ke arah gue dan membelakangi teman yang lain. Hmm baiklah, setidaknya masih ada temen gue di meja depan gue, jadi setiap obrolan gue akan selalu mengajak temen gue ini untuk ikutan ngobrol.
Setelah makan selesai, gue beranjak pulang, tapi Mas Pion malah ngajakin minum-minum cantik, sayangnya temen yang di depan gue nggak diajak. Gue definetely nggak mau lah, lagian gue juga udah ngantuk. Jadi gue tolak dengan halus, terus dia minta foto. Oke lah foto. Rangkulan. Hmm ya oke lah. Tapi nggak sampai disitu, sewaktu ngobrol singkat sebelum pulang tiba-tiba dia megang tangan gue, bilang kalau tangan gue halus banget.
wtf.
Apa-apaan kan, tapi dengan sopan gue cuma cengengesan dan iya-iyain aja dah sambil beranjak dari kursi dan menuju jalan untuk menunjukkan gestur “udah ah pulang bubar!” Nah sewaktu udah didepan dan sampai dipersimpangan untuk nyebrang jalan, dia sekali lagi megang tangan gue dong, dan ngucapin hal yang sama. Padahal disana juga lagi bareng temen gue. Gue sama temen gue cuma liat-liatan dan buru-buru mensudahi pertemuan kami dengan Mas Pion.
Gue udah males sih ketemu lagi, abis kok agresif banget ya hahaha. Eh setelah pulang, dia masih nge-whatsaap gue dan out of nowhere bilang “I like you a lot”
Bang, hayati nggak mau bang! Hayati mau nya dikirimin teh tarik aja bang ke Solo, gak nolak kalo itu. Asal abangnya nggak usah ikut.
5. Nggak Mau Lagi Sekamar dengan Bule Pacaran
Pertama kali mendarat di Vietnam dan gue ga ngerti sama sekali bahasanya. Negara ini kalo diliat emang mirip sama Indonesia gitu, kurang tertata rapih infrastrukturnya, tapi juga ramai bule. Gosip scam nya juga banyak banget. Gimana gue gak galau-galau takut ya? Ditambah nama-nama di vietnam sangat tidak familiar dan agak susah diucapkan. Aksennya aja beda, jadi gue ngomong saigon aja mereka belum tentu ngeh.
Beruntunya gue nemu pria baik-baik yang setia nge-guide gue sampai ke rumah dia yang letaknya jauh banget dari pusat kota! Naik transportasi umum. Jangan bayangin MRT atau bus kayak di Singapore ya, bayangin aja keriuhan di Blok M.
Ternyata host gue ini sudah berkeluarga, cuman istri dan anaknya lagi nggak ada di rumah. Waduh. Agak deg-degan. Lumayan lega pas dia bilang dia juga sebnernya ngehost satu orang lagi cewek. tapi ada pacarnya, bentar lagi dateng. Yak lega lagi. Pas sudah sampai rumahnya, ternyata dia tinggal sama kedua orang tuanya. Wah seru banget. Gue malah jadi akrab gini sama kedua orang tua nya. Udah kayak Paman dan Bibi sendiri.
Namun hal yang paling unik saat di host mereka bukanlah host itu sendiri, tapi temen sekamar gue sesama tamu host dari CS. Temen sekamar gue adalah cewek bule yang gue lupa dari negara apa dan pacarnya dari Brazil. Mereka berdua tidur diranjang yang sama dengan dipan, dan gue geletakkan di lantai. Bukan, bukan masalah aku iri nggak dapat dipan, tapi mereka kerjaannya ciuman terus.
Yaudah sih jangan diliatin.
Sungguh gue tidak ngeliatin, tapi suaranya itu loh. Sebaiknya konten selanjutnya tidak dituliskan ya, cukup saya kenang aja.
Untungnya host gue perhatian, besoknya kamar gue dipindah ke lantai atas. Bobo tenang gengs.
Jadi begitulah beberapa pengalaman Couchsurfing gue, masih banyak sih yang lainnya, apa perlu bikin part 2 guys? hahaha. Nah kalian cerita juga dong pengalaman unik selama menggunakan CS di kolom komentar, biar kita sharing bareng.
Halo, Salam kenal. Suka banget sama postingan nya Huaaaa…udah lama gue denger soal Couchsurfing ini. Menantang banget sih, bikin penasaran. Tapi di satu sisi serem juga sama stranger…*ah apalah gue keknya emang cemen banget soal beginian haha
Seru banget kayanya kalo CS ya bisa kenalan sama org2 baru… ya walaupun baca ceritamu ternyata banyak yang serem juga. Aku pengen banget coba CS tapi sayangnya aku masih takut, jadi ujung2nya paling pilih hostelan aja huhu
Btw, nice post sis, ditunggu part 2 nya! 🙂
justru makin seru kan kalo ada yg serem? Buahahahha
Wah, seru juga pengalaman couchsurfing nya. Keren, bisa belajar banyak dari pengalaman itu.
Hi intan! Thanks for the stories. Duh masih anget nih post-nya, sampe gue tiupin pas bacanya.
Gue belum pernah goal soal CS, soalnya ga rata-rata trip gue pasti udah terjadwal mau kemana & ngapain. Tapi pernah waktu trip ke Tokyo, gue bener-bener ga punya tujuan tertentu, beneran seminggu cuma mau jalan-jalan ngga jelas di Tokyo. Saat itu gue bikin pos juga di CS tapi gak ada yang nanggepin hehe.
Tapi beruntung gue dikenalkan sama temen gue sama seorang cewek (orang Indonesia yang kuliah di Tokyo). Dulu temen gue kenal dia via CS. Dan selama di Tokyo, ini cewek baik banget nemenin gue jalan-jalan ke sana kemari, bahkan sampe ditraktir makan & soju. Hehehe
Dan lebih positifnya lagi, gue jalan barenga orang Indonesia juga. Jadi kadang suka semena-mena ngatain orang pake Bahasa Indonesia di antara orang Jepang berlalu lalang.
Saat itu gue nginep di properti AirBnB, karena bertepatan saat itu lagi ada orang yg nginep di tempat dia (via CS). Dan tau, sebenarnya dia cuma minta apa untuk barter? Indomie.
“Bawain gue sekardus Indomie, silakan nginep di tempat gue sebulan penuh juga,” katanya jujur.
Sekian 😀
Bener banget! Pada request indomie ya, emang paling juara mie instan kita itu :’)
aku pernah nih ngehost orang thailand waktu datang ke tempat aku, namanya Tam, jurnalis dari bangkok, waktu itu dia pake CS karena sekalian buat penelitian budaya lokal orang melayu kalimantan, akhirnya jadi temenan sama dia, pas ke thailand dia juga nemenin aku. Sekarang semenjak nikah kalo jalan udah ga pernah pake CS lagi, karena pasti bareng suami dan suami maunya cari akomodasi kayak hotel/hostel dsb nya aja. CS tuh asik sih jadi punya temen di negara tujuan.. siapa tau disana ketemu jodoh *ehh.. hahhaha
betul banget tuh jadi nambah teman. Tapi jelas ya kalau sudah berkeluarga mah enakan sama keluarga sendiri ada privasinya hehehe
Nice info.. aku rencana ke turki, boleh info kontak CS nyaa yg super baik kah? Atau nama profil CS nyaa..
Mohon infonyaa
Nama saya dila dri Jakarta,sy mau tanya kmu naik pesawat apa ke kamboja?apa km pesan tiket plang -prgi,sy mau ke kamboja awal agustus menggunakan air asia
Aku ke kamboja dari Vietnam lewat jalur darat
Hay kak. Seru bacanya. Kek ikut langsung.
Mau tanya nih. Aku pengen pake cs kan. Nah itu untuk fee atau apanya bagaimana yaa??
Salam kenal. Oyik
gratis karena menyediakan platform untuk sharing dan berkomunitas saja. Kecuali untuk menjadi verified maka ada fee untuk mengirimkan surat ke alamat kamu(yang membuktikan identitas kamu verified)
Wah seru banget nih bacanya. Semangatku jadi menggebu-gebu untuk jadi solo traveler. Semoga dekat waktu ini bisa kayak kk.
Mohon dibuat ya kak part 2 nya 😃
hallo. Thx udh share pengalamanya. Sy juga berencana mau cb CS an nh. Btw mau tnya biasanya sebagai visitor gitu ada kewajiban kita untuk memberikan sesuatu k host nya atau bner2 sukarela aja sih?
Pernah dnger tmn yg ngehostin foreigner trus doi (tmn sy) d traktir makan terus sepanjang jalan sebagai timbal balik menginap.
sukarela saja
Ka, mau nanya pas jalan2 keturki, itu sekeluarga disana bisa b.inggris??
Jadi kita mesti expert bgt yak inggrisnya kalau mau jelong2 pakai cs pun? Heehe
pas aku, orang tua nya pada nggak bisa inggris, yg bisa hanya anaknya saja. Disana memang rata2 yang bisa bhs inggris adalah pemuda nya, ga beda jauh sama di Indonesia. Tenang aja ada google translate 😉
Hi seru banget sih baca stories kamu pengen juga deh pake CS jdi alone traveler tp keberanian blm terkumpul hee….ajak2 dong klo mau pake CS lagi biar ada temen jdi travelmate gtu critanya #cemen
ikut komunitas nya aja di Indonesia, suka ada gathering kayaknya sih
Hi mau tanya kalau CS itu harus jadi host untuk menyediakan tempat penginapan atau bisa hanya untuk nemenin foreignernya jalan2 aja ya? Thanks! 🙂
bisa keduanyaaa
Mbak, pernah nggk dpt host yg kayak meres gitu.. minta beliin ini lah, bayar itulah…
Pengen coba cs tp takut diperas.
nggak pernah
parah! keren banget experience nya! nambah cerita hidup banget ya kak! semoga saya bisa berani nyoba, haha XD