Jalur yang kalo kata temen gue bikin pengen cuti naik gunung.
Gunung Merbabu punya beberapa jalur, gue rasa gunung ini adalah gunung dengan jalur terbanyak. Ada lagi nggak gunung lain yang jalurnya banyak dan menantang? *siap-siap nambahin bucket list
Beberapa jalur Gunung Merbabu yang gue tau yaitu, via selo, wekas, gancik, dan suwanting. Setelah dua kali melakukan pendakian via jalur selo, saatnya adrenalin gue berpacu dengan melewati jalur (yang katanya) paling nyusahin. Suwanting.
Target pendakian kali ini bukan mencapai puncak gunung Merbabu 3.145 mdpl melainkan sabana setelah pos 3. Tempat foto syantiq.
Jalur pendakian Gunung Merbabu via Suwanting bisa kalian lihat diatas. Pendakian dimulai dari Basecamp suwanting. Basecamp nya sendiri ada beberapa, yang gue perhatikan sih ada tiga. Basecampe Bang Eko, Bang Ambon, dan satu lagi milik ibu-ibu yang saya tidak sempat mengucap kata (rumah ibu nya digunakan buat hajatan, jadi pokeweuh)
Dijalur via suwanting ini juga kalian bisa menyewa guide dan porter bahkan pengantar menuju beberapa titik lokasi disekitar Boyolali. Lengkapnya bisa kalian lihat dibawah ini. Beberapa pendaki yang gue temuin juga menggunakan porter dan/atau guide. Wah cukup laris juga ya.
Biaya Pendakian Jalur Suwanting
Walaupun agak jarang dipilih, tapi jalur Suwanting ini sudah dikelola dengan baik. Untuk sekali pendakian kamu harus membayar total Rp 16.000 sudah termasuk biaya harian, biaya camping, dan biaya asuransi. Biaya parkir dibayarkan di tempat kamu memarkirkan kendaraan
yaiyalah blegug.
Maksud gue, dibayarkan di tempat basecamp nya. Nggak harus dibayar sekalian saat registrasi.
Catatan Perjalanan Jalur Suwanting
Pendakian kali ini dimulai malam hari, tepatnya pukul 09.15 malam. Cukup nekat sih, tapi ya masa mau menginap di basecamp? jadi hajar aja, jalan perlahan. Target tempat nge-camp adalah pos 3.
Awal perjalanan sudah disambut jalan makadam yang sedikit menanjak secara konsisten. Belum berasa capeknya sampai di perbatasan menuju jalur tanah. Seperti biasa, jantung udah semakin berdetak kencang, nafas agak berat, dan berasa mau berhenti aja. Udah kayak perjuangan mau menyatakan cinta.
Nggak lama kemudian, badan gue udah bisa menyesuaikan ritme pendakian. Jadi ya lanjut terus. Setelah itu gue baru sadar, bahwa gue baru aja melihat papan selamat datang atau gerbang masuk atau you know lah, yang menyatakan kalau pendakian baru aja dimulai.
Kezal.
Jalan beberapa menit, lalu kamu sampai lah di Pos 1. Area yang cukup luas untuk camping ceria dan gelindingan. Di posisi ini juga kalian udah bisa melihat pemandangan lampu kota yang indah. Yha cukup romantis. Ngebuat gue dan tim semangat untuk melanjutkan perjalanan menuju pos 3.
Nyatanya, raga kami begitu lelah. Sehingga akhirnya memutuskan untuk ngecamp di pos 2, waktu juga udah menunjukkan pukul 00.00. Lagipula kalau dipaksakan ke pos 3 bisa tiba minimal jam 3 pagi atau subuh. Wah badan pasti remuk. Jadi demi kepentingan dan kesehatan bersama, maka kami stop perjalanan dan ngecamp disini. Baru dilanjut keesokan harinya untuk naik ke sabana.
Mulai perjalanan pagi sekitar jam 9 (molor dari seharusnya). Bersyukur lah gue, perjalanan menuju spot foto syantiq ini tanpa membawa carrier. Rasanya ingin lari-larian aja sepanjang jalur nya. Seru nya jadi cewek satu-satunya adalah tidak dibebankan oleh barang bawaan HAHAHA. Bukan karena gue nggak mau bawa, tapi kebiasaan cowok-cowoknya pada nggak tega. Apa mereka sok gentle ya? Eh tapi gue nya emang nggak mau bawa juga kalau pun disuruh.
HEHE.
Dari pos 2 menuju pos 3 jalurnya udah mulai ngajak berantem. Nanjak terus tanpa henti dan curam. Gue ngebayangin kalau malam-malam masih harus melanjutkan dengan carrier ngelewatin jalur ini sih beuh bisa tidur di jalan.
Jika kalian sudah menemukan pohon tumbang dengan jalur ngetrack curam keatas dengan tali-temali, maka mundur dua langkah dan melipir melalui jalur kanan. Sungguh kalian akan berterima kasih melalui jalur ini. Jalurnya agak berliku, tapi nyaman di kaki.
Hindari lah jalur ini ya. Walaupun menarik untuk difoto dan keren untuk dipamerkan ke teman-teman, tapi cukup sampai disitu. Lanjutkan perjalanan melalui jalur berliku di sisi kanan. Lain hal nya kalau kalian tertantang abis anaknya, jadi ya hajar aja terus!
Nggak usah ragu dengan jalur yang sayup-sayup menghilang dan penuh dengan tumbuhan rimbun. Kamu berada di jalur yang benar kok. Jalur ini rimbun karena memang jarang dilewati pendaki juga. Banyak jaring laba-laba yang (nggak tega) gue kibas 🙁 maaf
Rintangan melewati pohon tumbang lebih nyaman dibanding harus menanjak, dan merasakan dengkul ketemu kepala kan? Kalau bawa pendaki yang suka ngeluh, mending lewat sini deh. Sambat nya akan sedikit berkurang. Mentalnya pun nggak nge-down melihat jalur yang begitu curam. Ngelewatin jalur zig-zag (dinamakan begitu, karena emang berliku) ini nggak berasa capeknya karena tiba-tiba udah nyampe aja diatas.
Ya nggak gitu juga sih. Nggak langsung diatas (puncak) sih, tapi diatas lebih tinggi dari sebelumnya wkwk iyalah.
Walau begitu, akan tetap ada jalur curam yang harus dilewati. Contohnya ya kayak foto yang diatas ini, udah curam, banyak pohon tumbang, ditambah habis hujan jadi agak licin gitu. Nanti kalau ada persimpangan lagi, ambil kanan!
Kalau udah ngeliat banyak pepohonan kering diatas berarti kamu udah berada di area hutan mati. Sudah mulai ada secercah harapan menuju pos air. Sebenarnya asalkan jalan terus, cepet kok ngelewatin hutan mati ini. Dengan kata lain, hutan mati jalur suwanting ini nggak terlalu panjang jalurnya. Jadi, gue gak php bilang udah ada secercah menuju pos air hehe.
Setelah pos mata air sebelum pos 3, akan ada beberapa persimpangan yang membingungkan. Jalur manapun asal menanjak sih nggak akan salah. Gue sendiri memilih melipir ke kiri (setelah sekian kali lewat kanan) karena jalurnya nggak ada naiknya sama sekali, landai datar, enak banget buat istirahatin kaki sambil jalan hahaha. Eh nyatanya jalurnya hilang…. Gue terpaksa harus potong kompas keatas terus, sampai mengarah ke deretan eldeweis. Dan akhrinya gue sampai diatas pos 3 lebih cepat. Waw lagi-lagi short cut.
Gunung Merbabu jalur Suwanting emang banyak kejutannya ya :’)
Untuk yang kali ini gue nggak merekomendasikan jalur yang gue lewatin ya, soalnya agak capek juga sih dengkulnya nanjak pisan dengan jalur yang nggak jelas. Ada jalur yang lebih asik dan berliku di area kanan. Jadi, setelah dari pos air ambil terus jalur kanan. Nah kalau lewat yang ini, kalian akan tiba di dataran luas nya pos 3 yang memiliki view Gunung Merapi yang sangat EPIC!
Setelah itu, kalian bisa lanjut menuju bukit sabana dan jalan sedikit melewati bukit. Baru deh, puas-puas in foto syantiq disana. Sayangnya, saat gue tiba di area pos 3 sudah sore dan hujan deras. Jadi kami memutuskan untuk tidak lanjut foto-foto di sabana. Mungkin lain kali ya sama kamu?
Modus nya nggak kelar-kelar ya gue.
Ada yang punya cerita seru tentang pendakian ke Gunung Merbabu? Kasih tau dong di kolom komentar, gue suka bacain cerita orang huehehe.
Jadi kangen naik gunung lagi. Tp skrg udah emak2 dengan 2 krucil. Btw, baru dengar jalur suwanting ini. Salam buat gunung-gunung ya 🙂
Kalo baca ginian, jadi pengen juga tracking. Tapi kalo inget, jogging sebentar aja udah ngos-ngosan, langsung padam deh semangat nya, kebayang nanjaknya naik gunung hihihi
Gunung Merbabu ini emang cantik banget Mba, apalagi di pagi hari dengan background Gunung Merapi
gue kmaren naik gunung merbabu pas hari buruh nasional. lewat jalur suwanting… tpi syng gue am tmn gue gk bawa persiapan tenda… untung aj gk hujan… jdi bs lanjut… kpn2 kita smua mendaki bareng ke merbabu
Wadaawww nggak bawa tenda. Kalau sama aku maunya nenda aja kang