Siapa bilang mendaki ke Kawah Ijen mudah?? Siapa?!
Wow emosi, ingin ku berteriak marah. Seakan-akan perjalanan 6 hari 5 malam di pegunungan Himalaya kemarin tidak memberikan dampak apa-apa pada endurance gue. Tadinya gue mengira pendakian menuju Kawah Ijen untuk melihat blue fire itu hanyalah perjalanan easy-hike dengan maksimal waktu tempuh 2 jam.
Oh nyatanya tidak semudah itu ferguso.
Sebelum gue ceritakan drama dibalik perjuangan melihat blue fire, izinkan kita kasih spill panduan menuju Kawah Ijen hingga ke gerbang pendakian dulu ya. Dikala semua cerita masih bahagia.
Transportasi Menuju Gate Pendakian Kawah Ijen
Ada beberapa opsi transportasi menuju gate pendakian Kawah Ijen, atau bisa kita bilang, basecamp Gunung Ijen. Lokasinya berada di Jalan Kawah Ijen, Curah Macan, Tamansari, Kec. Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur 68454.
Beberapa opsi menuju Ijen, yaitu:
1. Naik Damri, Cara Termurah Menuju Ijen
Jalan bareng teman maupun sendirian, ini adalah alternatif paling oke yang bisa dilakukan. Terutama untuk yg solo traveler sih, gue sangat menyarankan untuk naik Damri dari Kota Banyuwangi. Harganya cuma Rp 15.000 untuk sekali jalan.
Murah banget, kan???
Berhubung ini moda transportasi yang aman, murah dan tepat waktu, tentu saja banyak peminatnya. Jadi, lebih baik pesan online langsung via aplikasi Damri ya.
Jadwal yang tersedia pun sangat mengakomodir pengunjung yang ingin melihat blue fire.
Jadwal Taman Sritanjung – Kawah Ijen
08.00 – 10.00 dan 23.00 – 01.00
Jadwal Kawah Ijen – Taman Sritanjung
09.00 – 11.00 dan 14.00 – 16.00
Berangkatnya ambil yang jam 23.00 WIB, sehingga masih ada jeda waktu 1 jam untuk beristirahat, makan, mengurus tiket dan persiapan sebelum akhirnya starty hiking jam 02.00 pagi. Nah untuk pulangnya bisa ambil yang jam 09.00 pagi deh. Pun misal nggak keburu, bisa sekalian main ke ai terjun Kali Pait, lalu naik yang jam 14.00
2. Ikut Open Trip, Simple dan Nggak Ribet
Buat yang nggak mau ribet ngurusin ini – itu, gue sarankan untuk ikut open trip. Semua sudah diurusin mulai dari penjemputan di hotel di Kota Banyuwangi, air minum, tiket masuk, sewa masker, guide hingga dokumentasi.
Harganya di kisaran Rp 200.000 – Rp250.000/orang all in.
Seru ketemu temen baru juga kalau beruntung. Ikut open trip ini masih worth it untuk group 1-3 orang. Kalau lebih dari itu, gue menyarankan untuk ambil opsi ketiga.
3. Bawa Kendaraan Sendiri
Hal yang paling gue rekomendasikan kalau perginya nggak solo. Harganya jadi bisa sharing bareng temen lain.
Opsinya bisa bawa motor (kisaran 70rb – 90rb/hari) atau mobil (kisaran Rp 350rb/hari). Nah sebenarnya kemarin gue pengen sewa motor aja buat ke Ijen, tapi ternyata semua rental motor yang gue hubungi sudah sold out.
Huft, namanya juga long weekend ya.
Terpaksa harus sewa mobil, itu pun sulit juga nyarinya, karena rata-rata harus pakai driver, itupun masih kena charge tambahan kalau ke daerah wisata yang jauh jauh dari Kota Banyuwangi. Haduuuuh.
Sampai akhirnya gue dapat di Ichi Rentcar Banyuwangi, recommended juga nih ternyata. Harga terjangkau, fast respon, mobil bagus.
Untuk jalur menuju Kawah Ijen ini juga nggak sulit dicapai dengan mobil/motor jenis apa saja, rutenya bisa disearch di Google Maps dengan keyword “Bumi perkemahan Paltuding”
Dari Kota Banyuwangi, kamu bebas mau pilih lewat Jalan Perkebunan Kalibendo atau Jalan Taman Sari, dua duanya bisa dilewati dengan mudah. Di pertigaan yang menyatukan kedua jalan itu, sebelum masuk ke Jl. Kawah Ijen, tiba tiba ada yang berhentiin mobil lalu minta retribusi Rp 5.000/orang, padahal nggak ada gerbangnya, nggak main ke daerah situ juga, ini resmi apa gue dipalak sih?!
Catat! Mendaki Gunung Ijen Butuh Surat Sehat Per Februari 2024
Harus banget. Kalau nggak bawa, ya nggak bisa beli tiket. Sejauh mata memandang, di sana nggak ada puskesmas / dokter yang bisa ngasih surat sehat on the spot.
Gue pun baru tahu hal ini ketika diinfokan oleh staff di Snooze Ijen Hostel, baiiiik banget deh, memang pelayanannya patut diacungi jempol. Malam itu sebelum berangkat ke Ijen, gue nyempetin dulu untuk ke klinik 24 jam yang ada di Banyuwangi, untuk bikin surat sehat, biaya administrasinya Rp 40.000/orang.
Jangan coba-coba untuk nekad nggak bawa surat sehat ya, karena gue ketemu rombongan orang yang udah booking tiket namun nggak bawa surat sehat, alhasil gak diizinin untuk beli tiket.
Yaa karena memang di web pas booking pun sudah ada infonya, jadi nggak ada alasan “nggak tau”.
Cara Memesan dan Beli Tiket Masuk Kawah Ijen
Pesan bisa online, lalu bayar on the spot. Apakah bisa offline? Bisa aja cuman jadi lebih ribet aja di sananya, harus sediain KTP, kalau udh ada QR dari bookingan online kan lebih praktis
Ingat. Jangan sampai salah tanggal!
Kalau kamu akan start berangkat dari hotel jumat malam jam 11 malam misalnya, maka kamu akan start hiking itu di hari Sabtu dini hari. Jadi pastikan tanggal yang dipilih pun tanggal hari Sabtu ya. Biar gampang, ingetnya booking tanggal sesuai dengan tanggal kalian akan turun dari Ijen aja hahaha.
Kata anbang yang jaga, perihal salah tanggal booking ini SERING BANGET terjadi, walapun sudah ditulis peringatannya di website pas booking, tetep aja banyak yang salah. Termasuk gue. HAHAHA
Harganya sama untuk weekend maupun weekdays HTM Rp 7.500/orang. Sedangkan untuk parkir mobil Rp 10.000
Waktu Pendakian Dari Basecamp Menuju Blue Fire
Bukan Insal deh kayaknya kalau tiap trip nggak ada cerita lucunya haha, kali ini dimulai dengan drama ganti mobil rental di jam 9 malam sebelumnya, terus isi bensin dulu sekalian beli snack di minimarket, terus mandi dan beberes dulu karena sebelumnya habis full day main ke Djawatan dan Pantai Pulau Merah.
Tiba tiba udah jam 11 malam aja, padahal rencana pergi tuh ya jam 12 malam! Ngakak pisun. Yaudah akhirnya diundur berangkatnya jadi jam 12.30 malam, biar ada tidurnya dulu sebentar.
Itu pun masih harus ngurus surat sehat dulu, dilanjut perjalanan naik mobil ke Paltuding +- 1 jam. Sampai di loket juga ada drama salah tanggal booking, jadi harus booking ulang.n Alhasil baru benar-benar mulai hiking itu jam 02.30an.
Sudah lumayan telat, tapi nggak apa masih bisa kekejar, pikir gue.
Nyatanya badan emang nggak bisa bohong, abis main seharian, tidur cuma sejam terus mendadak hiking yang langsung nanjak banget, beuuuh meronta-ronta badan ini minta istirahat.
Nggak kehitung berapa kali berhenti di tengah jalan, entah itu duduk ataupun berdiri bersandar di batu. Baru kali ini juga ngerasa butuh banget yang namanya trekking pole. Aaaaak aku butuh tumpuan aaaaa.
Jalur awal yang nanjak banget ini ternyata belum ada apa-apanya dibanding dengan jalur setelah pos 5. Tanjakannya bikin mempertanyakan kehidupan, kenapaaa gue harus ke sini pagi-pagi dengan keadaan letih?! Apa coba yang dikejar?
Blue fire.
Ohiya jadi keinget alasan ke sini, blue fire, salah satu fenomena unik yang cuman ada dua di dunia. Baik, saya melangkah lagi.
Total elevasi yang gue tempuh untuk sampai ke puncaknya sekitar 330 meter, habis ini masih belum selesai. Masih harus berjalanan turun menelusuri bebatuan hingga ke kawah yang di dalamnya terdapat belerang.
Lumayan juga jaraknya sekitar 800 meter, pas turun sih enjoy-enjoy aja ya. Pas nengok ke belakang baru sadar Ya Allah cobaan apalagi ini?! Mau pulang aja harus manjat batu-batuan ini?!
Nggak literally manjat sih, cuman gue udah nggak ada tenaga lagi, jadi selalu menggapai batu-batu di atasnya biar memudahkan untuk menopang badan ini.
Bayangin aja untuk naik ke bibir kawah butuh naik sekitar 100 meter-an tegak lurus. Lelah saya lelah.
Berkenalan dengan Lambordgini Ijen
Kenalin, ini namanya Lambo Ijen. Kenapa begitu? Karena semua abang pendorong lambo ini menyebutnya “Lambordghini” hahaha, ya setuju sih, ini adalah transportasi ter-mewah di jalur pendakian Gunung Ijen.
Sebuah gerobak dengan jok agak panjang yang didorong manual pakai tenaga manusia.
Nggak ada klakson / bel, jadi untuk menginformasikan pendaki lain bahwa lambo mau lewat, si abangnya akan bersuara “tilut tilut”, ada juga yang “titititit” bahkan ada juga yg “tingtung tingtung” hahaha suka suka si abangnya.
Lambo Ijen ini tersedia dari start jalur pendakian, untuk naik ke atas sampai puncak lalu turun ke bawah lagi harganya sih denger-denger sekitar Rp 1.5jt – 1.7jt/orang.
Namun seiring semakin dekat ke atas, harganya bisa semakin murah. Ada juga yang “cuma” naik ke atas hingga pos terakhir sebelum jalan tangga, itu kisaran Rp 800.000. Setelah itu masih harus naik ke atas lagi yang lumayan jauh juga jalannya.
Beda lagi dengan turun, kalau nggak salah sih kisaran 300-500rb an gitu. Menurut gue sih tarifnya amatlah mahal, jadi gue tidak membayangkan sama sekali akan naik Lambo Ijen.
Tapi beberapa saat kemudian, semua itu berubah. Ketika akhirnya kami mengiyakan untuk naik lambo ijen untuk jarak +- 1 km dengan harga Rp 150.000 berdua.
Seiring langkah kaki makin gontai, bahkan untuk turun gunung, tawaran harga juga kian menurun, apalagi dikatakan bahwa naik lambo ini bisa berdua, yaudah gas lah. Kala itu tarifnya sudah Rp 100rb/orang. Mungkin saking kasiannya ya ngeliat gue dan Kak Dape udah terhuyung-huyung, ditawarin lah sama abang-abangnya dengan gaya pasif agresif wkwk. Akhirnya luluh.
Dan setelah mencoba menggunakan lambo…. Ternyata WORTH IT bangettt cuy.
Wah ini sih akan lebih worth it lagi kalau naik gunung pakai lambo,hemat tenaga dan waktu.
Persiapan dan Barang yang Diperlukan Sebelum Mendaki Gunung Ijen
Mendaki Gunung Ijen memang tidak sesulit dan seheboh gunung kebanyakan di Jawa, namun tetap tidak bisa diremehkan ya! Iya sih, normalnya hanya butuh +- 2 jam hiking, tp ya namanya juga mendaki gunung…
Biar pengalaman mendaki Gunung Ijen semakin nyaman, ini dia beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Istirahat yang cukup: Please banget ini mah jangan sampai kayak gue yang tidur cuman 1 jam. Mendaki gunung tuh perlu effort
- Bawa air minum: Secukupnya aja, gue kemarin cukup bawa 600ml untuk sendiri
- Senter: Jika targetnya adalah melihat blue fire, maka kamu akan mendaki ketika gelap gulita
- Masker khusus: Terutama untuk yang ingin ke kawah dan melihat blue fire, nanti akan ada orang yang menginfokan bahwa turun ke bawah (untuk melihat blue fire) butuh masker, katanya kalau nggak bawa, nggak akan diperbolehkan turun. Sejujurnya pakai masker pun bau belerangnya masih berasa, jadi harus banget ya! Tenang, kamu bisa sewa masker di pertigaan sebelum turun, harganya Rp 25rb/orang
- Snack: Cukup bawa yang ringan-ringan dan simple aja, ini akan lebih dibutuhkan ketika selesai melihat kawah dan matahari mulai menyingsing, alias waktunya sarapan. Akan lapar sekali.
- Uang jajan secukupnya: Untuk bayar kamar mandi, beli snack di jalan maupun oleh-oleh belerang
- Tisu
Tips Mengejar Blue Fire
Hal yang paling krusial dalam pendakian Gunung Ijen untuk melihat blue fire adalah waktu. Soalnya blue fire hanya bisa dilihat ketika gelap gulita sebelum jam 5 pagi. Sedangkan ketika sudah terang, apinya sudah tidak terlihat menyala biru lagi dan sudah penuh dengan para penambang belerang.
Jadi memang agak tricky juga ya.
Sayangnya jam buka pendakian baru bisa dimulai jam 02.00 pagi, ini bahkan sudah lebih bagus dibanding sebelumnya baru buka jam 4 pagi. Pun begitu, kadang 2,5 jam ini masih belum cukup waktunya untuk bisa ke dasar kawah.
Kalau memang tidak bisa start pendakian dari gerbang Kawah Ijen jam 2 teng, gue saranin untuk naik Lambo Ijen aja, demi menghemat waktu. Asli, naik lambo ini lebih cepet walau pakai tenaga manusia. Sistemnya tuh didorong dan ditarik, jadi akan ada 2 orang yang membantu kita naik. Sedangkan untuk turun, hanya 1 saja di belakang.
Oleh Oleh Ijen
Sebenarnya ada yang lebih cocok sih untuk disebut sebagai “oleh-oleh Ijen” yaitu batu belerang yang sudah dibentuk sedemikian rupa oleh warga lokal. Batu-batu ini juga dijual di puncak Gunung Ijen.
Namuuuuun, karena begitu keluar dari gerbang pendakian gue disambut oleh tumpah ruahnya buah-buahan ini, jadi gue ngerasa buah-buahan dari warga sekitar ini juga menjadi pilihan yang oke untuk menjadi oleh-oleh hahaha.
Gue beli manggis! Harganya juga termasuk murah, udah gitu buahnya bagus-bagus.
Rekomendasi Trip Ijen Kalau Uang Bukan Masalah
Seandainya gue bisa kembali mengulang trip gue ke Ijen kemarin dengan pengetahuan yang gue milikin sekarang akan pengalamannya, gue akan memilih cara yang berbeda. Tentu saja, jika uang bukan masalah.
Soalnya opsi satu ini butuh budget lebih besar, tapi memang nyaman sekali.
Pertama, gue akan langsung booking private trip menggunakan Jeep dengan destinasi wisata combo (Kawah Ijen dan Kawah Wurung) lalu naik ke Ijen menggunakan lambo Ijen sampai ke puncaknya.
Sebelum turun, sewa masker dulu di abang-abangnya, harganya sama dengan sewa masker di paltuding, Rp 25.000/orang, keuntungannya adalah nggak perlu repot bawa selama hiking, toh memang diperlukannya hanya ketika turun ke kawah untuk melihat blue fire.
Lalu turun bisa jalan kaki dengan santai hehe, masih ada sisa tenaga banyak untuk foto-foto sepanjang jalan dengan background Gunung Raung sambil bersiap menuju wisata Kawah Wurung.
Mbaaaaa thank youuuu utk semua tipsnya 😍😍😍👍. Aku jadi tahu kalo ijen ini ga semudah itu. Soalnya ada bbrp temen, bahkan sepupuku yg usianya jauh lebih tua dari aku, kepala 5, tapi dia bilang msih oke jalan ke atas. Jadikan aku mikirnya memang ga susah🤣.
Cuma masuk akal sih, kalo kesana di saat tidur ga cukup, udh terlanjur capek krn aktifitas sebelumnya, jd pasti lemes yaa.
Mungkin untuk jaga2, aku hrs sedia budget utk lambo, kali aja semaput 🤣
my pleasure mba❤️ haha iya next time harus istirahat cukup atau ya siapin budget buat naik lambo🤣
Good tips and review, aku baru mau berangkat ke banyuwangi next week, niat ke kawah ijen juga sih.