Siapa yang sangka kalau gue akan menjadikan Gaziantep sebagai salah satu kota tujuan selama explore Turki? Dulu dibenak gue, Gaziantep ini adalah kota yang seram, bisa denger suara ledakan, nggak aman, dan lain lain. Ya gimana, secara kota ini berbatasan langsung dengan Negara Syria.
Ternyata, Gaziantep ini adalah rajanya kota kuliner di Turki dan termasuk salah satu kota kreatif dibidang gastronomi yang ditetapkan oleh UNESCO.
Setelah puas lepas rindu dengan wisata di kapadokya, saat ini waktunya menelusuri kota yang belum pernah gue singgahi sebelumnya.
Perjalanan ditempuh dari Kota Nevsehir menggunakan bus Nevsehirliler Seyahat selama +- 7 jam perjalanan seharga 300 TL (Rp 270.000). Tiba di terminal Gaziantep pukul 8 malam waktu setempat. Berhubung sudah malam dan malas cari-cari bus umum, gue memutuskan untuk naik taksi saja dari terminal untuk menuju ke hotel.
Alhamdulillah taksinya pakai argo, jadi nggak ada jebakan betmen deh.
Check-in di Ibis Hotel Gaziantep
Hotel ini baru banget dipesan hari H, karena memang perjalanan kali ini perjalanan yang super spontaneous. Tujuan utama ke Gaziantep adalah wisata kuliner, jadi gue memilih untuk pesan kamar hotel yang pasti-pasti saja dan pastinya berada di pusat kota.
Akhirnya terpilihlah untuk menginap di Hotel Ibis Gaziantep, yang lokasinya dekat banget sama Forum Gaziantep (shopping mall). Selain itu juga strategis dekat dengan halte bus maupun stasiun kereta. Harga per malamnya cuma Rp 495.020/kamar.
Daging Kebab sebagai Makan Malam
Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, tapi laper banget, cuman udah nggak mood juga untuk cari restoran hits dan jalan jauh keluar. Setelah menimbang-nimbang ditengah kelaperan, akhirnya mau cobain makan di sekitar hotel saja yang bisa diakses dengan jalan kaki.
Malam itu gue makan di sebuah restoran kebab yang gue lupa banget namanya apa, setelah dicek di Gmaps, kemungkinan namanya adalah Köş Kebap. Walaupun restoran ini random banget dipilihnya, tapi gue sungguh tidak menyesal.
Begitu sampai, karena keterbatasan bahasa, staff di sana sampai menelfon kerabatnya yang bisa bahasa inggris untuk ngobrol dengan kita dan menjelaskan menu-menu yang ada. Super baik banget!
Sayangnya kami sudah keburu ngantuk jadi nggak mood juga untuk makan banyak, akhirnya kami pilih satu macam daging dan itupun belinya 1/2 porsi! Hahaha. Meski begitu, tetap saja compliment beruba salad, sambal dan roti disajikan secara penuh. Wah asli ini kenyang banget jadinya!
Total makan di sini 115 TL untuk berdua, asli super kenyaaaang. Untuk harga segitu jelas murah sekali ya, secara kita makan daging domba cuy, banyak condimentnya pula. Karbonya ditukar dengan roti yang free refill dan gratis. Duh nikmatnya.
Sarapan di Metanet Lokantasi
Keesokan paginya, gue langsung pesan taksi dari hotel untuk menuju ke Metanet Lokantasi.
Ini dia yang gue idam-idamkan sejak beberapa bulan lalu, makan sarapan beyran! Sebenarnya di mana-mana banyak sih, cuman yang terkenal ada di Resto Metanet Lokantasi.
Beyran ini adalah makanan sup tradisional Turki khas Gaziantep, umumnya disajikan untuk sarapan pagi. Isinya adalah suwiran daging domba, kaldu, nasi dan juga lemak domba. Bersamaan dengan sup, juga disajikan roti dan lemon yang lagi-lagi free refill.
Harga seporsinya 60 TL, air minum botolan 5 TL. Normal lah ya, terutama karena memang ini terkenal banget, bisa dibilang resto ini merupakan destinasi wisata juga.
Brunch Katmer dan Kopi Pistachio
Baru aja kenyang makan sarapan sup beyran, gue memutuskan untuk pulang ke hotel dengan jalan kaki, agar makanan yang baru saja dimakan bisa terbakar dengan kardio jalan kaki hahaha. Tentu saja untuk mempersiapkan ruang di perut untuk makan dessert khas Gaziantep, katmer.
Katmer adalah hidangan penutup khas Turki yang mirip dengan martabak telur tapi berisi kacang pistachio dan krim keju. Dari sekian banyak kota di Turki yang menyajikan katmer, Gaziantep lah juaranya! Makanya nggak afdol kalau wisata ke sini tapi nggak nyobain katmer.
Kali ini, gue milih asal aja untuk menyantap Katmer, mungkin lebih tepatnya cari yang ketemu di sepanjang jalan aja. Terpilihlah untuk makan di area pasar dengan konsep yang chill abis. Seandainya tidak ingat harus check-out, mandi dan beres-beres di hotel pastilah gue udah terlena untuk nyantai lebih lama di sini.
Selain nyobain katmer, gue juga nyobain kopi pistachio (Menengic Kahvesi). Kopi satu ini unik banget karena rasanya lebih mirip coklat dibanding kopi hitam yang cenderung asam. Berhubung kopinya ini tidak asam, jadi cocok banget di perut gue yang nggak bisa banget minum kopi! Jujurly, setelah minum satu gelas kopi pistachio ini, nggak ada tuh yang namanya asam lambung atau sakit perut. I’m totally fine!
Total cemil cemil di sini seharga 142 TL untuk kopi, cay dan katmer.
Makan Siang di Kebab Halil Usta
Harus bangeeeeeeeet cobain ini! Menurut gue ini adalah makan siang terbaik gue di Turki. Ketika jalan-jalan ke Gaziantep, pastikan untuk mampir di Kebab Halil Usta. Di sini kamu bisa memilih berbagai macam olahan daging domba yang disajikan panas-panas.
Gue mencoba kebab terong, adana kebab, kusleme dan beberapa macam daging lainnya yang gue juga lupa nama detailnya. Intinya sih serba serbi daging domba, ada yang normal, ada yang cincang, ada yang spicy dan ada juga yang domba muda.
Sama seperti di resto kebab sebelumnya, di sini juga disediakan roti, salad dan beberapa condiment lainnya secara gratis. Makan siang di sini totalnya 394 TL untuk berdua, asli worth it banget! Makan kenyang sampai begah.
Untuk minumnya, gue mencoba ayran, yaitu minuman yoghurt yang lebih encer dengan rasa yang lebih asin. Cocok sebagai minuman yang menyegarkan setelah makan daging dan lemak yang begitu banyak.
Selesai makan siang, gue jalan kaki ke arah museum mosaic zeugma yang letaknya tidak jauh dari Halil Usta. Puas foto-foto, niat hati mau naik bus malah nggak dapet, jadinya memutuskan untuk naik taksi ke Resto Cumba Kunefe.
Cobain Desert Kunefe dan Baklava di Cumba
Nah di sini, kalian bisa nyobain hidangan pencuci mulut khas Turki lainnya, yaitu baklava dan Kunefe. Dessert yang nggak boleh dilewatkan selama di Gaziantep. Kedua hidangan ini menggunakan pistachio sebagai bahan utamanya.
Sebenarnya ada beberapa rekomendasi tempat untuk mencicipi hidangan khas Gaziantep ini, setelah pertimbangan yang tidak terlalu matang, akhirnya gue pilih untuk coba di Cumba Kunefe. Nah kalau di Cumba, tempat untuk baklava dan kunefenya terpisah. Jadi masing-masing resto hanya menyediakan satu tipe hidangan penutup, tentunya dengan beragam topping ya.
Kalau mau coba baklava, kamu hanya perlu jalan ke toko sebelahnya, Cumba Baklava, karena memang letaknya bersebelahan.
Total beli kunefe satu loyang besar di sini seharga Rp 123.352 (karena bayarnya pake CC jadi mata uangnya rupiah)
Sesuai namanya, hidangan penutup, maka berakhir pulalah wisata kuliner kami di Gaziantep. Kami melanjutkan perjalanan naik taksi menuju Hotel Ibis untuk mengambil koper dan lanjut menuju terminal bis. Sore ini kami bergerak melaju ke kota berikutnya, dan di sinilah penyesalan terjadi…
bersambung ke episode berikutnya! Gue akan cerita mengenai sejarah Nabi di Sanliurfa