Sore itu di Terminal Gaziantep, sesaat sebelum perjalanan ke Kota Sanliurfa dimulai…
“Hmm naik bus yang mana ya?” Pikir gue sambil mengitari terminal
Kalau dilihat dari aplikasi online sih harusnya kita naik bis besar yang sama seperti yg gue naikin dari Nevsehir ke Gaziantep, karena memang tujuan akhir bus itu adalah kota Sanliurfa. Cuman gue sok ngide pengen naik bus kecil (sejenis travel) untuk bisa ke Sanliurfa dengan cara yang lebih murah dan cepat, pikir gue.
Baca episode sebelumnya: Kuliner terbaik Turki ada di Gaziantep
Toh menurut Gmaps perjalanan naik mobil ini hanya sekitar 1,5 jam. Kalau disamain kayak rute Jakarta-Bandung sih harusnya ada banyak transportasi yang bisa gue ambil.
Setelah tanya-tanya orang sekitar, akhirnya gue ketemu dengan sopir dolmus (sejenis angkot dengan mobil hi-ace di Turki) yang katanya akan mengantarkan kami ke Sanliurfa dengan harga tiket 80 lira/orang.
Yaudah gas aja lah. Soalnya pas gue tanya kapan berangkat, dia bilang akan berangkat saat itu juga kalau gue jadi mau naik mobil dia.
Tanpa pikir panjang, gue langsung mengiyakan. Di sinilah penyelasan dimulai…
Ternyata perjalanan yang harusnya ditempuh cuma 1,5 jam jadi harus ditempuh selama 3 jam! Dolmus ini kebanyakan ngetem dan nyari penumpang. Ya Allah, tau gitu mending naik bis besar aja. Harganya pun nggak jauh beda, hanya selisih 20 TL lebih mahal per orang.
Sebuah pelajaran berharga, nggak lagi-lagi deh naik transportasi yang nggak pasti kalau sudah ada yang jelas tertera dari harga, rute dan estimasi perjalanan.
Cuman enaknya naik dolmus adalah kita bisa berhenti di mana saja. Gue memilih untuk berhenti di Novada Park Sanliurfa, karena dari situ akan lebih dekat menuju hotel dibandingkan harus turun di terminal Sanliurfa. Berhubung Novada Park adalah area ramai di tengah kota, jadi mudah untuk menemukan taksi. Argo taksi dari Novada menuju hotel seharga 50 TL (sudah include pembulatan).
Check-in di Otel Kervansaray Sanliurfa
Sebuah hotel rekomendasi teman dari Turki yang tidak saya rekomen!
Long story short, gue ke Sanliurfa sudah janjian dengan Yusuf, warga lokal yang gue kenal dari komunitas Couchsurfing. Kami sepakat untuk jalan-jalan ke Gunung Namrud keesokan paginya menggunakan mobil salah satu temanya, Ismail.
Berdasarkan rute dari tempat tinggal mereka, maka gue diminta untuk menginap di area dekat Haşimiye Meydanı. Dari segi lokasi, gue akui, hotel ini sangatlah strategis, tapi aspek lainnya masih kalah banyak dibandingkan dengan hotel lain di area yang sama.
Gue rasa sih hotel ini rekanannya Yusuf, jadi dia dapat persentase atau sejenisnya lah. Dari review di google maps saja sudah dipastikan banyak yang kecewa, dan yang ngebela adalah warga lokal yang kayaknya ya kenalan-kenalan mereka juga hahaha. Review lengkap tentang Otel Kervansaray mungkin akan gue tulis di artikel terpisah, kalau gue lagi mood ya. Soalnya kalau inget jadi bete hahaha.
Harga per malam di sini 500 TL tanpa sarapan. Itupun hasil nego sama resepsionisnya.
Dua Jam Perjalanan Menuju Adiyaman
Dini hari jam 02.00, gue dijemput oleh Yusuf dan Ismail, dari sini gue juga lanjut menjemput Ola, salah satu teman perempuan dari Poland yang juga lagi melakukan perjalanan di Turki. Berkat dialah gue mengiyakan perjalanan ke Namrud bersama Yusuf. Soalnya tadinya gue udah nggak percaya aja sama Yusuf, kayak ada sesuatu yang nggak beres aja hahaha.
Gue dan Ola sama-sama ingin mengunjungi Gunung Namrud, tadinya kita mau sewa mobil aja bertiga, tapi Ola bilang dia ada kenalan dari CS (Couchsurfing) yang akan mau jalan-jalan ke Namrud juga dan mau share cost. Oh ya gue pikir semua punya tujuan sama dan akan dibagi costnya sama rata. Eh ternyata, “temen CS”nya Ola ini adalah Yusuf! WKKW orang yang sempet approach gue juga di CS.
Yasudahlah waktu kedatangan gue di Sanliurfa juga mepet banget, gue tiba larut malam dan sudah agak sulit untuk menyewa mobil sendiri. Akhirnya perjalanan dua jam menuju Adiyaman menggunakan mobil ini terwujud.
Gue, Kak Dape, Ola, Yusuf dan Ismail. Berangkat dini hari dengan mobil sedan milik Ismail, masih gelap, sambil sesekali ngobrol, walau kebanyakan tidurnya. Selama perjalanna, kami sempat mampir untuk isi bensin, kepo juga sih berapa harga bensin di Turki, total harga bensin kala itu 880 TL tapi nggak tau juga untuk berapa liter hehehe.
Nggak terasa, kami sampai di kantor penjualan tiket Gunung Namrud. Kala itu masih gelap banget, mungkin sekitar jam 4-5 pagi. Angin gunung langsung berasa banget menusuk ke badan, gue mendadak kendinginan, untungnya kami semua bawa jaket dan pakaian hangat untuk bisa melanjutkan hiking ke puncak Gunung Namrud.
Jelajah Gunung Namrud
Harga tiket untuk ke Gunung Namrud cukup murah, yaitu 50 TL/orang. Khusus untuk mahasiswa di Turki kamu bebas memasuki semua museum yang ada di Turki secara gratis, termasuk wisata Gunung Namrud ini.
Setelah membeli tiket, kami direkomendasikan untuk tetap membawa kendaraan kami hingga ke titik akhir jalan besar. Di sana ada area luas yang bisa dibuat parkiran tapi tentunya tidak seluas yang ada di depan penjualan tiket. Selama masih diizinkan untuk naik, gue sangat menyarankan untuk parkir mobil di atas.
Gimana kalau jalan kaki dari ticketing office?
Ya gapapa, tapi siap-siap aja menambah waktu perjalanan +- 30 menitan sambil iri sama orang-orang yang lewat pakai mobil HAHA.
Dari titik awal pendakian sampai ke puncaknya kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit, tergantung dari stamina masing-masing. Jalannya merupakan bebatuan yang sudah disusun rapih menjadi tangga. Berhubung gunung ini tidak ada vegetasi sama sekali, sudah pasti angin yang berhembus akan semakin terasa kencang dan dingin, jadi saran gue jangan terlalu terlena untuk istirahat di tengah jalan karena hal tersebut bisa membuat badan kamu semakin menggigil dan sulit melanjutkan perjalanan.
Perjalanan gue sejauh ini menyenangkan, sampai tibalah diperjalanan pulang menuju Sanliurfa, Yusuf memberikan tarif “share cost”nya yaitu 800 TL per orang. Tarif ini dikenakan ke gue, Kak Dape dan Ola. Jadi total harus membayar 2400 TL.
Wadidaw.
Kenapa jadi lebih mahal dibandingkan rencana awal gue mau sewa mobil sendiri? Pusing banget nggak tuh. Tuhkan, kalau di awal udah sensing something fishy memang harus percaya insting aja udah.
Setelah kaget berjamaah dan perdebatan yang bikin mood agak naik turun, akhirnya deal lah untuk bayar serelanya (katanya) tapi kan jadi gue yang ga enak ya? Yaudah singkat cerita, harga yang gue keluarkan untuk wisata ke sana jadi 1200 TL berdua.
Lumayan pricey banget! tapi yasudahlah. Anggap saja sewa guide dan bayar sopir ya kan wkkwkw. Setelah itu kami akur kembali dan nggak kapok untuk main bareng 😀
Selesai wisata, gue sarapan di area pusat kota, patungan dengan teman-teman yang lain, jadi kami urunan 50 TL per orang. Lalu kembali ke hotel untuk siap-siap dan chek-out.
Goa Kesabaran Nabi Ayub A.S.
Memang sih hari ini rasanya kurang tidur banget, tapi sebagai turis yang punya waktu singkat, sayang banget rasanya kalau nggak dimaksimalkan harinya. Jadi, tujuan selanjutnya adalah napak tilas ke goa kesabaran Nabi Ayyub a.s. yang berlokasi di selatan Sanliurfa.
Perjalanan menuju goa kesabaran Nabi Ayyub menggunakan bus lokal sejenis mikrolet yang pembayarannya bisa dilakukan dengan tap kartu ataupun cash. Fyuh untung saja bisa cash, kan ribet kalau harus punya kartu transportasi di masing-maisng kota yang gue kunjungi kan?
Ohiya, ternyata harga mikrolet di sini flat jauh dekat bayarnya 5,5 TL per orang.
Fun fact: kartu transportasi di Turki hanya bisa digunakan di kota tempat kita membelinya
Di tengah teriknya panas Sanliurfa, sambil berjalan menuju halte bis, gue ketemu stall yang jualan es pomegranate dan ngebuat gue jadi mupeng. Nggak kuasa untuk menahan nafsu, akhirnya gue beli, harganya pun tergolong worth it (17 TL).
Sama seperti tempat wisata sejarah islam lainnya di Turki, disetiap ada lokasi penting bersejarah pastilah dibangunkan masjid. Nama masjidnya pun ditentukan berdasarkan nama tokoh pentingnya, nah ini dia Masjid Ayyub Peygamber alias Masjid Nabi Ayub.
Nabi Ayyub a.s terkenal dengan ujiannya terkena penyakit kulit selama bertahun-tahun hingga ditinggal anak dan istrinya. Di goa ini lah beliau bersabar dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Sampai akhirnya Allah mencabut penyakitnya dengan cara memberikan air dari sumur yang bisa menyembuhkan semua penyakit kulit Nabi Ayyub a.s.
Nah air dari sumur tersebut masih mengalir sampai sekarang, bedanya sekarang sudah dialirkan menggunakan keran. Dengan begitu, akses untuk menggunakan air tersebut jadi lebih mudah. Air ini boleh digunakan untuk minum, berwudhu dan membawa pulang air sumur tersebut.
Nggak bawa botol minum? tenang saja, di sini juga ada yang menjual botol minum 1 liter jika ingin membawa pulang airnya.
Urfa Castle Tempat Nabi Ibrahim Dilempar
Dari Masjid Nabi Ayyub a.s., gue bergegas balik ke arah pusat kota naik dari bus lagi seharga 5TL/orang. Kok lebih murah? Iya soalnya didiskon 0.5 TL sama supirnya, baik banget yaa?
Sayangnya ketika gue ke sana, Kastil Urfa lagi tutup sementara, jadi hanya bisa melihat dari balik tembok kastil saja. Padahal di sini kita bisa melihat tiang gantung yang katanya adalah tempat ketapel untuk melemparkan Nabi Ibrahim a.s. ke lautan api yang berkorbar.
Karena kalaupun memaksa melihat kastilnya agak sulit ya untuk ke sana akhirnya memutuskan untuk lanjut aja ke Balıklıgöl, naik taksi random yang ngetem di jalan. Taunya supirnya nggak mau nyalain argo dan agak pura pura budeg. Sempet bikin drama deh jadinya, jujur gue sedih banget, nggak nyangka ketemu orang turki yang emosional gitu.
Jaraknya super deket aslinya, dan mungkin kalau dinyalain argonya nggak akan nyampe 25 TL, tapi pas sampai supirnya nodong minta dibayar 50TL. Kita kan jadi kesel ya, soalnya kok malak sih, daritadi sepanjang jalan kita minta nyalain argo loh, kalau nggak mau udh minta diturunin juga. Wah kacau deh jadi ribut di tengah jalan.
Setelah itu kita ditolongin sama warga Turki yang lain yang juga kebingungan kenapa ini supir taksi marah-marah terus ngelempar duit 25 TL yang kita kasih awalnya ke jalanan. Eh malah si supir taksinya mau jalan gitu aja padahal pintunya belum kita tutup. Akhirnya tu taksi pergi dengan uang 25 TL di kursi belakang~
Habis dari goa kesabaran malah diuji kesabarannya.
Danau Nabi Ibrahim – Balıklıgöl
Balıklıgöl dalam arti Bahasa Indonesianya adalah kolam ikan, karena memang di tempat ini danau luas yang berisi ikan-ikan. Orang Turki percaya bahwa ikan-ikan ini sakral sehingga tidak boleh dipancing apalagi di makan, tapi kita boleh kok ngasih makan hehe. Para wisatawan yang ingin memberi makan ikan bisa membeli makanannya seharga 2 TL.
Nah ceritanya di sini adalah tempat mukzizatnya Nabi Ibrahim a.s. terjadi. Kalau kamu lihat di foto atas, tiang gantung itu adalah tempat dilemparnya Nabi Ibrahim oleh pasukan Raja Namrud, dan tempat jatuhnya berada di bangunan berkubah yang pintu masuknya ramai dipadati pengunjung.
Area bangunan tersebut pun berada di atas kolam ikan, nah jadi ceritanya kolam ikan ini adalah lautan api yang berkorbar yang pada akhirnya berubah menjadi dingin dan lalu menjadi air. Sedangkan kayu-kayu untuk membakarnya berubah menjadi ikan.
Wallahualam ya guys.
Terlepas dari ceritanya apakah valid seperti itu, apakah tempatnya benar seperti yang diceritakan, apakah betul dilemparnya dari tiang di kastil Urfa, apakah benar Raja Namrud punya istana di Sanliurfa, semua itu hanya Allah yag tau, mungkin cerita sejarah di Turki ini bisa kita jadikan untuk penguat iman kita aja bahwa benar cerita Nabi Ibrahim a.s. di Alquran itu nyata adanya, tapi bumbu lainnya biar menjadi rahasia ilahi. Karena jika memang itu penting untuk kita ketahui, pastilah Allah akan memberi tahu hambanya.
Jelajah Kota Tua Sanliurfa yang Nggak Ada di Gmaps
Sepulang dari danau tempat Nabi Ibrahim, gue janjian sama Ismail (kenalan di CS yang kebetulan namanya sama dengan temannya Yusuf yang bawa mobil) untuk mengexplore kawasan kota tuanya Sanliurfa.
Ismail bilang bahkan warga lokal pun belum tentu tau ada area kota tua ini karena di Gmaps pun nggak ada jalannya! Nggak heran sih karena area kota tua ini hanya berupa gang yang hanya bisa dilewati dengan jalan kaki, udah begitu banyak jalan buntunya pula.
Tanpa Ismail, pastilah gue nyasar.
Di sini gue mampir dulu ke cafe temannya Ismail, jajan milkshake dan soda dengan total 50 TL. Lalu kita ketemuan lagi dengan Yusuf dan Ola untuk makan malam terakhir di Sanliurfa (buat kami).
Dinner di Kebab Sanliurfa
Sayang sekali gue lupa banget untuk mencatata nama restorannya apa, karena menurut gue dari segi rasa, harga dan pelayannya pun oke punya. Setelah beberapa kali makan kebap di Turki, gue jadi sadar bahwa porsi makan mereka tuh lumayan besar, jadi kali ini gue hanya pesan untuk 1 porsi aja dibagi berdua dengan Kak Dape.
Di sini gue makan hati domba, salah satu makanan khas Sanliurfa. Total harganya 65 TL untuk berdua. Lagi-lagi sistem makannya sharing bareng teman-teman Couchsourfing.
Kembali ke Terminal Sanliurfa Menuju Kota Berikutnya
Wah tidak menyangka, perjalanan super padat dan super drama ini akhirnya selesai juga. Sudah saatnya untuk melaju sekitar 650 KM ke arah timur Turki. Gils ya, dari kemarin berjalan terus ke timur, takut tiba-tiba udah sampai Indonesia aja ini mah hahaha.
Bis malam ini akan berangkat jam 10 malam dan perkiraan tiba di kota berikutnya sekitar jam 8.30 pagi. Tentunya akan gue gunakan untuk tidur sepuasnya. Sedikit bocoran, kalau di Sanliurfa cuacanya berkisar 25-28°C, di destinasi berikutnya suhunya mencapai 5°C. Hahaha jetlag cuaca nggak tuh.
Perjalanan berikutnya nggak kalah seru, masih seputar wisata religi nabi-nabi yang ada di kitab. Yaitu, kisah kapal Nabi Nuh di Dogubeyazit.
Ohiya, sekedar catatan biar nggak lupa, toilet di terminal bayar 3 TL.