Musim dingin memang menjadi salah satu wisata menarik yang umumnya orang Indonesia cari di luar negeri. Gue pun paling suka traveling di saat winter. Itu menjadi salah satu alasan gue ingin sekali mengunjungi kota Kars, kota di daratan tinggi di timur laut Turki, dekat perbatasan Negara Armenia.
Sejauh apa sih Kars? Kota ini berjarak 1.519 Km dari Istanbul, berkisar 16-18 jam perjalanan darat via mobil.
Baca episode sebelumnya: Jelajah Kota Igdir, surganya buah-buahan
Kota Kars pun menjadi kota terdingin di Turki, sangat terkenal dengan sebutan white of Kars. Bahkan gue sempat asumsi jangan-jangan Kars ini namanya diambil dari “kar” yang berarti salju dalam bahasa Turki.
Seperti yang udah gue ceritain di episode sebelumnya, gue berangkat naik Bus Serhat Igdir dari Kota Igdir dengan lama perjalanan sekitar 2,5 jam.
Sepanjang perjalanan gue nggak bisa tidur, rasanya mata ini ingin terus terusan menatap ke luar jendela karena asli pemandangannya bagus banget! Gue udah nggak tau lagi berapa banyak gue mengucap MasyaAllah karena bener-bener sebuah pemandangan yang awe the eye.
Penasaran? Tungguin ya di Youtube insalamina 😀
Check-in Hotel Konak di Kars
Kami tiba di terminal Kars pukul 14.00, terminal kecil yang paling hanya seluas 1/2 lapangan bola. Sadar sudah kesorean, kami langsung bergegas geret koper menuju hotel tempat kami menginap. Tentu saja dengan berjalan kaki, karena sejujurnya nggak tau banget mau naik apa. Sejauh mata memandang sih di sini nggak ada transportasi umum seperti bis kecil atau angkot ya. Ada sih taksi tapi itu juga jarang-jarang.
Sama seperti di hari-hari sebelumnya, hotel ini pun baru kami pesan H-1. Memang sebuah perjalanan yang spontaneous ya. Nama hotelnya adalah Hotel Konak dengan harga per malam Rp 505.592/kamar sudah termasuk sarapan.
Makan Izgara Chicken
Setelah check-in hotel, tanpa berlama-lama gue langsung semnagat untuk mengexplore kota Kars. Tapi sebelum menentukan mau kemana dulu, gue berinisiatif untuk cari tempat makan! Jadwal makan kami hari ini agak berantakan, karena pagi-pagi diisi dengan explore kota Igdir, lalu sarapan di jam nanggung (sekiar jam 10 pagi), dan sekarang pun mau makan berat masih rada kenyang. Namun tetap saja insting gue berkata gue perlu makan deh biar otak gue bisa berfungsi dengan baik.
Setidaknya gue makan durum deh yang bisa dibawa dan cukup ringan tapi ngenyangin(?) Kebetulan sebelum check-in gue ketemu warung Kebap yang wangi banget, otomatis mupeng kan. Untungnya lokasinya persis dibelakang gedung hotel, jadi gue langsung otw balik ke jalur yang sama untuk makan di sini.
Kak Dape yang tadinya menolak makan malah makan paling banyak, dasar laki laki.
Total makan berdua di sini cuma 45 TL, murah banget!
Kars Citadel (Kars Kalesi)
Sebenarnya salah satu tujuan utama gue Kars adalah mengunjungi Ani Ruins, kota jaman dulu yang sebelahan persis sama Armenia. Bahkan dulunya memang ini adalah kota yang masuk ke wilayah Armenia. Tapi sayang beribu sayang, karena harus terdampar di Igdir, gue jadi nggak punya banyak waktu di Kars. Terlebih lagi gue baru sampai di siang menjelang sore.
Bisa sih kalau mau dipaksakan, sewa taksi seharga Rp 500-600rb/PP untuk perjalanan 46 Km (41 menit). Galau banget karena udah sejauh ini, tapi karena mengingat kejadian di Dogubeyazit yang gaspol banget sewa mobil, lalu mengingat kondisi keuangan terkini, akhirnya gue berlapang dada untuk mengikhlaskan bucket list gue satu itu.
Biarlah gue menikmati Kota Kars ini dengan santai tanpa terburu-buru dan hambur-hambur uang.
Dengan begitu, gue bisa lebih tenang mengexplore Kars Citadel. Sebuah kastil yang dibangun pada tahun 1153 oleh Vizier Firuz Akay pada masa Melik Izzeddin of Saltuks dibawah kepemimpinan Anatolian Seljuks. Dan di-repair pada tahun 1579 oleh Lala Mustafa Pasha pas kepemimpinan Ottoman Sultan, Murad III. Termasuk situs arkeologi dan masuk ke dalam status pelestarian.
Masuk kastil Kars ini gratis! Gue cuma bayar untuk nyobain binocular seharga 3 TL/15 menit.
Menjelang maghrib gue turun mengarah ke alun alun kota, di sini gue terpukau sama suatu bangunan berbentuk silinder beratap kerucut.
Ternyata itu adalah Kale Cami (Masjid Kale) yang dulunya merupakan gereja.
Tadinya gue tidak berniat masuk, hanya ingin merekam dan mengagumi dari luar karena emang cakep banget bentukannya ditambah dengan pantulan cahaya senja. Eh gue disamper sama Bapak-bapak seraya bertanya “are you youtuber?” lalu spontan gue jawab “no, just want to record for memories” lalu ngobrol basa basi darimana asalnya, berapa lama di Turki, dll sampai akhirnya kami diajak masuk dan tour Masjid Kale.
Bapaknya ini adalah orang yang bersih-bersihin masjid ini, jadi beliau hafal betul setiap sudut bangunan Masjid Kale dan paham juga sejarahnya. Bapaknya sulit berbahasa inggris sedangkan gue juga sulit berbahasa Turki, tapi beliau nggak kehabisan akal, beliau menggunakan Google translate dengan suara, jadi nggak perlu capek-capek ngetik, setelah beliau ngomong langsung ditranslate sama si Google.
Wah asli tersentuh banget sama kebaikannya dan semangatnya untuk ngejelasin ini-itu. Karena tau kami muslim, kami direkomendasikan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah lainnya bagi umat muslim seperti makam sufi dan masjid besar lainnya yang aktif digunakan sholat berjamaah.
Explore Alun-Alun Kota
Selesai sholat maghrib, kami jalan santai di sekitar alun-alun Kars yang memang bersebelahan dengan masjid dan kastil Kars. Ternyata di sini semakin malam semakin ramai oleh penduduk lokal. Selain itu juga jadi banyak stall-stall yang menjual cemilan.
Tergodalah Kak Dape untuk nyobain jajan manisan berbentuk lingkaran yang rasanya mirip lokma tapi dengan tekstur yang lebih keras mirip dengan churros seharga 8 TL.
Makan Kokorec, Usus Sapi
Waktu sudah semakin malam, gue yang udah diniatin ingin belanja di pusat kota langsung meminta untuk pulang menuju hotel. Di perjalanan gue nemuin sebuah warung makan yang menjual Kokorec, sandwich usus sapi yang terkenal di Turki Timur.
Udah penasaran banget sih ingin cobain kokorec sejak datang di Turki, jadi begitu ngeliat ini di pinggir jalan, gue tanpa ragu langsung beli untuk di makan di hotel nanti. Harganya 40 TL/porsi, tapi kita digratisin Cig Kofte.
Shopping di Kars
Ini dia yang gue tunggu-tunggu, belanja! Wah padahal agenda ini harusnya udah dilakukan di hari pertama di Turki, karena memang sudah niat untuk beli coat di sini, tapi baru kesampean di hari ketujuh haha yaudah nasib.
Hal pertama yang gue serbu pastinya adalah LC Waiki, ini adalah sebuah toko dari prancis yang terkenal banget di Turki. Harganya affordable dan kualitasnya juga luamayan oke, miriplah sama Bershka dan H&M. Gue pun akhirnya beli kaos lengan panjang seharga 250 TL yang langsung dipake keesokan harinya hahaha.
Hal berikutnya yang gue lakukan adalah keluar masuk minimarket, toko aksesoris, toko baju lagi dan begitu seterusnya sampai Kak Dape ngeluh itu Kokorec sudah keras nggak anget lagi. Yaudah deh pulang kita ke hotel hahaha.
Makan Malam Warteg
Ternyata benar, Kokorecnya sudah keras dan sudah dingin. Ya gimana ya, kan kita lagi berada di kota terdingin di Turki. Suhu diluar aja sampai 3°C padahal belum masuk musim dingin. Yaudah kita pasrahkan saja untuk cari makan malam yang beneran di luar, cuman sepanjang jalan tuh kami cuma nemuin burger, kebab, durum dan sejenisnya.
Udah capek banget mulut ini mengunyah roti, rasanya ingin banget ketemu nasi padang! Gue cuman jalan mondar mandir dari ujung ke ujung cari makanan yang mengugah selera tapi nggak nemu, Kak Dape udah capek dan ingin segara makan yang ada aja karena nggak kuat sama dinginnya. Ditambah lagi banyak toko yang tutup dan menyisakan burger king aja.
Haduh roti lagi roti lagi dong?
Karena gue pantang menyerah untuk mendapatkan nasi, akhirnya setelah melipir agak jauh gue menemukan warung makanan dengan model sejenis warteg! Tersedia berbagai macam makanan rumahan khas Turki, dan tentunya ada nasi!
Wah ini surga dunia di Turki. Serasa makan nasi padang sih. Semua menunya juga enak-enak. Total berdua 155 TL puas enak dan kenyang banget, akhirnya ketemu nasi!
Dan ternyata hari ini memang hari terakhir makan roti-rotian kebab, karena besok pun kita makan makanan favorit kita selama ini! Sampai jumpa di cerita perjalanan di Turki episode 8 😉