Sudah hampir setahun gue berkenalan dengan RevoU. Tahun lalu, di bulan yang sama, gue lagi galau-galaunya untuk mengikuti kelas online Full-Stack Digital Marketingnya. Masih agak ragu untuk alih profesi.
Punya kendala yang sama? Mungkin bisa coba cek dulu artikel terdahulu tentang pengalaman gue kursus digital marketing online.
Kali ini fokus ngebahas perjalanan karir gue di dunia digital marketing.
Ide untuk menulis tulisan ini tercipta ketika gue sedang bekerja di tepi pantai yang indah di Lombok Barat. Bukan, gue bukan jadi nelayan atau Larry si penjaga pantai. Gue bekerja sebagai SEO/SEM Specialist dengan fasilitas remote working.
Terdengar mengasyikkan?
Andai kilas balik ke masa kuliah, gue ingat betul, gue pernah bercita-cita menjadi freelancer sejati yang bisa kerja darimana saja asal ada internet. Setelah selesai jam kerja, bisa langsung menenggelamkan diri di pinggir pantai. Tentu saja tidak benar-benar tenggelam. Gue masih mau hidup.
Digital nomad, ceritanya. Tak disangka, gue sedang menjalaninya sekarang.
Semua bermula ketika gue akhirnya berani memutuskan untuk resign di tahun 2020. Walau dulu belum tau tujuannya apa, tapi yang jelas, gue tidak membayangkan hidup gue bekerja lebih lama lagi di perusahaan yang lama. Walau banyak sekali kenangan indah yang gue lakukan dengan tim saat itu, bahkan kami pun sempat kerja liburan bareng ke Bali di awal tahun. Namun nyatanya, cerita kami cukup sampai di sini.
Resign dari BUMN, Ini yang Gue Lakukan…
Mempersiapkannya dengan matang.
Sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak lanjut bekerja di salah satu bank ternama, gue sudah melakukan perhitungan logis. Berapa kira-kira tabungan yang perlu gue miliki jika tidak bekerja setidaknya 3 – 6 bulan kedepan.
Menyiapkan dana darurat setahun sebelumnya, untuk perbekalan. Rencananya sih 3 bulan nganggur, tapi gimana kalau bablas sampai 6 bulan? Maka itu yang gue siapkan.
Selanjutnya apa?
Gue mengingat-ingat kembali keahlian apa yang gue punya dan apa yang menarik untuk dilakukan.
Terlepas dari betapa gue suka merencanakan dan jalan-jalan, jadi musafir bukanlah hal yang bijak yang bisa dilakukan dimasa pandemi.
Sarjana Arsitektur, beberapa kali menang kompetisi wirausaha skala kampus, jualan online sejak SMP, bisa bikin website, tertarik di desain, bisa lah nulis artikel, terbukti dengan blog yang masih berjalan.
Sampai akhirnya gue ketemu akun instagram RevoU, sebuah akun baru, follower nggak sampai 1000. Tapi kok kontennya menarik dan menjajikan ya?
Singkat cerita gue makin attached sama RevoU, layaknya hook, hati udah kecantol. Setelah itu terbayang-bayang oleh iklan yang terus buntutin kemanapun gue pergi. Gatau apa gue mikirnya galau banget ini biayanya mahal banget, menghabiskan hampir 50% dana darurat gue!
Kalau gagal di sini, gue harus cepet-cepet balik kerja! Kerja apapun demi bisa kembali hidup dan menabung untuk biaya pernikahan.
Yang tadinya gue ga minat sekolah digital marketing –karena semua bisa dibaca online di internet, sampai akhirnya gue riset kursus online mana yang bisa kasih peluang keuntungan tertinggi.
menurut gue direct competitor yang paling sepadan dengan RevoU kala itu adalah Purwadhika.
Beberapa temen gue juga ada yg minat join Purwadhika, tapi bukan digital marketing, melainkan UI/UX program. Lalu mereka cerita, mereka tertarik karena melihat temannya yang udah join duluan dan sudah bekerja sebagai UI/UX maupun web developer.
Hmm gue kan maunya digital marketing, jadi testimoninya agak kurang relevan. Satunya terkenal banget di web developer dan UI/UX, satunya lagi minim jejak digital.
Sayangnya dulu belum ada penjelasan komperhensif mengenai RevoU, sehingga gue perlu melakukan riset mendalam sendiri. Bingung mau tanya ke siapa. Oleh karena itu, gue terbuka untuk siapa saja yang tertarik belajar digital marketing dan ingin sharing mengenai perjalanannya baik melalui RevoU ataupun bukan lewat DM instagram, Linkedin maupun kolom komentar halaman ini.
Ngomong-ngomong, sebagai alumni gue bisa kasih potongan harga sebesar Rp 500.000 dengan mendaftar melalui link khusus dari gue.
Lulus dari Kelas Online Selama 3 Bulan, Lalu Apa?
Selamat datang para jobseeker yang haus pengalaman. Inilah saatnya kamu menunjukkan kebolehanmu.
Iya, gue tau, selama belajar 3 bulan pun kita sudah praktek langsung untuk menerapkan ilmu-ilmu yang dipelajari. Membangun bisnis berbasis langganan, mendesain landing page, hingga memasarkannya di paid ads dan SEO.
Namun itu saja tidak cukup.
Kemampuan untuk bisa bekerja di perusahaan nyata dengan real budget dan real problem adalah sebuah kesempatan emas yang tidak akan gue lewatkan. Program magang 20 jam/minggu dari berbagai perusahaan di Indonesia, Singapura dan Amerika.
Menjadi sebuah portofolio untuk modal melamar kerja.
Oh, dan tentu saja dibayar.
Di sini mungkin mulai muncul pertanyaan, “Apa bisa dikerjakan saat masih bekerja full-time?”
Jawabannya, bisa. Jika kamu bisa menyelesaikan tugas dan mengikuti kelas online 3 bulan dengan baik, maka kamu juga bisa mengerjakan program magang tersebut. Waktu yang dikeluarkan kurang lebih sama.
Walau terkadang lebih terasa rindu saat masih di kelas, harus terjaga semalaman untuk mengerjakan group project. Dalam dunia nyata, jarang ada perusahaan sungguhan yang mengharuskan pegawainya bekerja semalaman, kan?
Program magang dilakukan selama 3 bulan dengan harapan punya pengalaman yang cukup sebagai modal berkarir. Entah beruntung, atau beruntung banget, gue magang di dua tempat dalam rentan waktu 6 bulan. Tiga bulan pertama di sebuah perusahaan AI (Artificial Intelligence) asal Thailand, tiga bulan berikutnya di sebuah perusahaan klinik kecantikan di Jakarta.
Kelas online 3 bulan termasuk praktek langsung, ditambah magang 6 bulan. Terus kemampuan sudah mumpuni?
Jujur, masih kurang buuun rasanya haha. Masih aja banyak yang belum gue kuasai, masih banyak hal yang perlu dipelajari.
Tapi ini udah saatnya, sudah hampir 3 bulan menyandang status pengacara –pengangguran banyak acara. Inilah saatnya melamar kerja.
Lamar Kerja tapi Nggak Pernah Dipanggil? Oh Ternyata Ini yang Salah…
Entah sudah berapa perusahaan yang saya apply sejak 2018 hingga 2020, semua pekerjaan related dengan SEO, Digital Marketing, Social Media, Copywriter bahkan Content Writer nggak pernah ada panggilan.
Yaa paling kalau saya apply di perbankan yang dapat panggilan. Tiga kali apply, tiga kali lolos.
Apa ini sebuah hukuman karena dulu pernah berucap enggan masuk perbankan? entahlah, kita sedang tidak membahas hal ini.
Ternyata ada hal fundamental yang selama ini saya lakukan dengan salah.
Merasa bisa, padahal ngerti juga enggak. Mentok di kulit luarnya aja.
Ngaku SEO specialist padahal cuma tau keyword density, keyword harus ada pada judul dan meta deskripsi, lalu pake plugin Yoast. Asal semua hijau, berarti saya canggih. Tidak semudah itu Ferguso.
Ngaku bisa Digital Marketing padahal hanya bermodal pernah ngiklan di FB ads, pernah ngutak-ngatik FB ads manager, tapi itu dulu, pas masih kuliah. Sekarang udah banyak update yang ngeliat dashboardnya aja kagok.
Beruntungnya gue dipertemukan dengan orang-orang senasib di RevoU Next –sebuah program pendampingan karir terkhusus untuk para jobseeker lulusan RevoU.
Yang Dipelajari di Revou Next
Diawali dengan cara membuat CV yang benar, menyusun portofolio, mempercantik Linkedin, dan mock-up interview.
Dengan cara yang sudah dijelaskan di RevouNext, conversion rate gue meningkat pesat dari 0% menjadi 60%. Apa aku tidak jumawa? wkwkw gak deng, tetap harus humble.
Sejak pertama revisi profil linkedin hingga saat ini gue sudah mendapat 11 tawaran kerja melalui message linkedin. Dulu? mana pernah.
Tapi bukan cuma itu, fasilitas yang menurut gue sangat berasa adalah fasilutas coaching bersama Career coach, atau yang paling sering orang bilang sekarang, mentor. Beruntungnya gue punya Mas Radit, Social Media Lead Tokopedia sebagai career coach gue.
Bukan tipe tracker bitch tapi cukup mengayomi. Begitu gue bilang mau ada interview besok, hari itu juga set up interview mockup sama Kak Radhit.
Rasanya semua pertanyaan interview mengerikan sudah ditanyakan duluan oleh Kak Radhit, jadi di saat interview benerannya lebih berasa santai. Gue inget kata-kata Kak Radhit bilang “Jangan mikir interview untuk bisa lolos dapet kerja, mikir aja ini lagi latihan interview” dengan begitu beban nervous keangkat sebagian.
Ketika Offering Letter Tak Begitu Indah
Memang kita tidak bisa mengatur orang lain untuk jatuh cinta sama kita, tapi kita bisa memilih dengan siapa kita mau mengarungi hidup bersama.
Begitu pula ketika mendapat tawaran kerja, kita tidak bisa menentukan siapa yang harus memberikan tawaran kerja, tapi kita bisa memilih dengan siapa kita berlabuh.
Ehm. Okay kita lanjut.
Ada 3 faktor utama untuk bisa menentukan layak atau tidaknya kita bersama, seenggaknya bagi gue, yaitu benefitd, flexibility, dan networking atau kesempatan berkembang. Ketika salah satunya tidak sesuai harapan, dua diantaranya haruslah unggul.
Jika tidak, belum berjodoh namanya.
Di sini lah bagian RevouNext untuk membantu kita dalam hal negosiasi haha, walaupun di kelas udah dijelasin apa-apa saja yang bisa kita nego dan cara negonya tapi tetep begitu dapet offering letter langsung konsultasi lagi sama career coach.
Sampai akhirnya gue berhasil switch career dan mendapatkan pekerjaan pertama di bidang digital marketing.
Perjuangan Belum Selesai disaat Resmi Mendapat Pekerjaan
Bergembiralah secukupnya disaat resmi menjadi pegawai di salah satu perusahaan. Mari gue bawa ke sebuah kenyataan.
Probation.
Sudah sering dengar? Di masa ini lah masa yang paling menentukan kelanjutan hubungan gue dengan perusahaan. Apakah kinerja gue qualified dengan yang diharapkan? Apakah suasana kantor nyaman?
Pertanyaan-pertanyaan itu harus dan akan terjawab di akhir masa percobaan.
Masih tentang RevouNext, kita masih dikasih ‘jatah’ untuk konsultasi lagi sama career coach ketika menjelang masa probation selesai. Terenyuh sekali pas tau bahwa yang namanya career coach itu ya coach untuk karir bukan hanya untuk dapat kerja aja.
Job Guarantee RevoU-Next Worth it Nggak Sih?
Tergantung.
Sebuah jawaban klasik cari aman.
Namun pandangan gue memang berubah.
Gue dulu berpikir program job guarantee dari RevoU sangatlah worth-it. Nggak salah sih, tapi kurang sepenuhnya benar.
Setelah melihat perkembangannya dari batch 3 sampai batch 5, gue bisa bilang program job guarantee dari RevoU ini nice to have. Justru program Full-stack digital marketing dan RevoU Nextnya lah yang worth every penny.
Para pencari kerja yang ikutan RevoU Next baik memiliki garansi kerja maupun tidak, sejauh ini berhasil mendapatkan kerja. Belum ada satupun yang klaim garansinya.
Pastinya kita juga gak berharap duitnya dibalikin dong? harapan kita ya mendapatkan pekerjaan impian. Kecuali kamu emang mau nge-hack sistemnya, dan berpura-pura tidak dapat kerja supaya bisa dapat cuan.
Tapi ya ga gitu juga sih, kamu bisa cuan dengan cara yang lebih halal dan bermartabat,.
——————————
Mendapati beberapa pesan di DM instagram, gue menyadari banyak yang tertarik di dunia digital marketing namun masih ragu untuk melanjutkan. Ada pula yang ragu apakah sepadan ambil kursus digital marketing.
Perlu dipahami, profesi Digital Marketing tidak untuk semua orang, bisa jadi kamu lebih cocok menjadi Social Media Specialist, SEO specialist/strategist, Business Development di bidang Technology (btw, ini semua ada kelasnya di RevoU dan saya sudah tautkan link referral ke masing-masing program, hehe) atau mungkin kamu lebih cocok jadi Bosnya saja.
Siapa tau kan kamu lebih cocok jadi Bos saya?
Apapun impiannya, RevoU mungkin bukan satu-satunya kendaraan menuju ke sana, tapi saya suka berjalan berdampingan dengan RevoU.
Sudah yakin upgrade skills dengan RevoU? Daftar di sini.
*Mohon bimbingan, lagi belajar copywriting yang akhirannya ada Call-to-action. Semoga lulus yah.
Mau nanya nih kak, kebetulan aku juga pegawai BUMN bergerak di bidang contractor, dan aku pun adalah seorang pegawai kontrak, bukan pegawai tetap. Menurut kakak nih, kerja di BUMN dan di startup yang mana sih lebih nyaman ?, setahuku pekerjaan startup itu sangat menguras tenaga, waktu, dan tekanan yg tinggi, itu pertanyaan yang pertama , maaf nih banyak tanya😄, yg kedua untuk penghasilan di startup tempat kak lumayan kah nominalnya ? Sebanding dengan kerjanya?, aku baca di blog kakak sebelumnya penghasilan kakak sektar 5.3 jt di bumn apakah sekarang udah meningkat, ketika sudah jadi SEO di digital agency?, jujur gajiku 5.8 juta dan itu pun kerjaku dilempar ke aceh dan kerjanya pun tiap hari gak ada libur, dan juga gak ada uang lembur, walaupun kerja ampe malam. Rencana aku mau migrasi ke data analyst karena mungkin lebih menjanjikan, pengen tau habbit kerja BUMN dan Startup itu perbedaannya seperti apa, agak mikir2 juga ini mau banting setir, sharing pengalamannya dong kakk, terima kasiihh🙂😁
Panjang bgt kak, DM lebih enak hahaha. Kalau nyaman, tergantung yg dicari apa, dari segi kegabutan lebih longgar pas di BUMN, lebih santai fasenya, tp di agency sekarang aku full WFH jadi banyak waktu sama keluarga. Startup terutama yg tech rata-rata akan padat, cocok untuk orang yg giat dan inovatif. Soalnya kan berkembang terus. Dari segi gaji dibanding pertama kali kerja jauuuuuh lebih oke.