Siapa di sini yang suka main air ke curug? Wisata air terjun ini memang jadi salah satu destinasi favorit bagi beberapa warga Indonesia. Gimana enggak? Tinggal di daerah yang banyak sekali pegunungan dan sungai menjadikan Indonesia kaya akan air terjun.
Eh tapi pernah kebayang nggak kalau main ke curug bukan hanya berenang ataupun mandi di pancuran air melainkan terjung bareng air dari atas air terjun?
Nah ini dia cara baru menikmati air terjun yang harus dicoba. Canyoneering.
Lokasi
Seperti yang ada di judul, kali ini gue melakukan canyoneering di Curug Cikondang.
Sebuah curug/air terjun dengan tinggi +- 45 meter yang berada di Kecamatan Campaka Desa Sukadana, Cianjur, Jawa Barat. Dikarenakan tinggi dan curamnya, curug ini juga dijuluki sebagai Niagara Mini.
Akses transportasi umum menuju Curug Cikondang masih sangat minim, pasalnya curug ini berjarak 37 km dari pusat Kota Cianjur. Namun, bagi pengguna transportasi pribadi baik itu motor maupun mobil tidak perlu khawatir, karena jalanan menuju destinasi wisata Cianjur ini sangatlah nyaman dengan jalan utama yang lebar.
Sepanjang perjalanan dari Kota Cianjur ke lokasi wisata akan ditemani oleh perkebunan teh warga yang sangat cantik. Wah nerbangin drone di area kebun teh ini pasti hasilnya akan bagus sekali.
Apa itu Canyoneering?
Definisi dari canyoneering itu sendiri sebenarnya adalah gabungan beberapa kegiatan outdoor meliputi rappeling, hiking, berenang, dan beberapa kegiatan lainnya dalam penelusurannya melewati lembah terjal yang dialiri air sungai.
Diambil dari kata “canyon” dan “engineering”. Simpelnya, ini merupakan aktivitas esktrem (advance) dalam menikmati canyon (ngarai/lembah terjal) yang membutuhkan alat-alat teknis.
Buat yang suka naik gunung, mungkin lebih sering dengar mountaineering? Nah mirip-mirip, tapi ini versi ngarai. Atau kalau dalam hal ini, air terjun.
Jadi apakah gue akan melakukan itu semua? Hmm hampir, tapi tidak se-advanced ekspedisi itu. Walau tetap, ini salah satu kegiatan ekstrim ya.
Nah untuk canyoneering di Curug Cikondang ini bisa dibilang lebih mirip rappeling, yaitu menuruni lembah terjah menggunakan tali tapiiii ditambah sambil menyelusuri air terjun. Terdengar seru? Lanjut baca sampai bawah
Persiapan Menuruni Tebing di Curug Cikondang
Gue tiba di parkiran Curug Cikondang sekitar jam 11 siang, waktu yang amat tanggung untuk memulai kegiatan canyoneering. Setelah koordinasi, gue dijadwalkan akan briefing pada pukul 13.30 siang, lalu menggunakan safety gear dan bergantian menuruni tebing bersama air terjun. Jujur, excited tapi serem dan takutnya ada banget!
Alhasil, digunakan untuk ishoma dan berniat untuk ‘tinjau lokasi’ air terjun yang akan gue turuni nanti. Jarak dari parkiran ke air terjun sangatlah dekat, jadi tidak perlu trekking dulu. Lokasi titik terjun ini berada tepat di belakang pos tiket.
Ternyata, di tengah bolong pun masih banyak orang yang siap menuruni air terjun ini, dan katanya antri giliran ini sudah dimulai dari jam 8 pagi!
Selain karena peminatnya banyak, ada juga yang ketagihan untuk mencoba berkali-kali. Wah banyak juga ya orang yang punya nyali tinggi hihi.
Tak terasa waktunya briefing pun dimulai, semua berkumpul di area yang sudah disediakan untuk simulasi dan pengenalan keamanan. Petugasnya menjelaskan dengan rinci kegiatan yang akan kami lakukan hari ini, termasuk juga resiko dan antisipasinya. Mengingatkan betapa serius dan ekstrimnnya kegiatan ini agat tidak dianggap enteng, namun juga menenangkan peserta yang terlalu khawatir biar bisa lebih enjoy.
Tidak hanya teori, dalam briefing ini juga ada simulasi dalam menuruni tebing dan pemasangan alat-alat rappeling.
Canyoneering di Curug Cikondang Pun Dimulai!
“Gue nunggu minimal 4 orang dulu deh yang turun”, kata gue sambil memerhatikan dengan seksama gerak-gerik peserta lain tiap kali hendak berjalan mundur dari puncak air terjun.
Beberapa kali gue juga melihat ada peserta yang terpleset di derasnya air terjun ketika hendak perlahan mundur. Memang, debit air terjun Cikondang ini termasuk yang paling deras. Ini belum turun loh, masih di puncak air terjun baru mendekati ujung tebing yang curam.
Walau begitu, staff yang membantu handling di atas sini terlihat sangat kalem dan arahannnya untuk ‘bangkit’ lagi dari kepleset pun sangat clear, sehingga para peserta bisa dengan mudahnya kembali ke posisi siap.
Satu persatu peserta sudah mulai turun. Tiba-tiba hujan pun turun…
“Nggak perlu khawatir, kalau hujan malah makin seru. Toh pas udah terjun nggak akan terasa air hujan dibanding derasnya air terjun.” Sahut mas-mas yang melihat kekhawatiran di wajah peserta ketika hujan turun.
Waw, ada benarnya, tapi saya bingung, ini tuh fungsinya untuk menenangkan kami tapi kok saya jadi khawatir sama debit air terjunnya? Hahaha
Akhirnya giliran gue tiba, tali pengaman pun sudah dipasang secara ganda. Perlahan jalan mundur ke ujung tebing dengan langkah bergantian kanan-kiri. Gue sudah merasa sangat diujung tapi petugasnya masih bilang mundur – mundur terus.
Maaaaaak aku udah mau jatoh ini??? Kok masih mundur sih?
Ternyata memang posisinya diambil yang pas banget sudah di tebing, bukan lagi di dataran. Jujur nahan debit air di puncak air terjun ini bikin kaki, paha dan badan agak pegal. Apalagi tangan kanan masih harus menarik tali di pinggang untuk dikendurkan sehingga badan bisa bergerak turun.
Setelah berada di posisi tebing yang curam ini, kita diberikan waktu untuk berpose yang didokumentasikan oleh fotografer dengan kamera profesional. Ketika berpose, tali di badan akan ditarik/pegang kencang oleh petugas yang dibawah, sehingga tangan kita bebas dilepas untuk bergaya.
Baru setelah itu perjuangan sendiri di mulai, menuruni tebing dengan hantaman air terjun.
Rasanya? Wah epic, awalnya sangat berat untuk bisa mengangkat beban diri sendiri, sambil mencari-cari pijakan kaki ke batu yang paling enak. Kalau tidak hati-hati ya jadinya terpleset.
Pun terjatuh, kita masih bisa bangkit sendiri menggunakan tangan kaki, tinggal diusahakan kepala selalu menunduk agar hantaman air terjun tidak terlalu membuat kita merasa tenggelam. Karenan memang itu hanya perasaan saja, toh kita kan memang sedang menggantung di tebing ya? haha
Alhamdulillahnya, gue tidak terpleset/tergelincir sama sekali. Berhasil menuruni tebing dengan perlahan, bahkan bisa dibilang sangat lambat! Hahaha
Namun percayalah, ketika 1/3 jalan awal sudah dilewati, kegiatan ini jadi terasa amat sangat seru! Rasanya Langsung berasa nagih, terus pas udah tau bentar lagi mau nyampe tuh rasanya kayak wah mau lagi???
Ajaib memang. Semua ketakutan di awal sirna berubah menjadi dopamine.
Setiba di bawah air terjun, sudah ada petugas yang sigap untuk mengarahkan jalan mana yang harus dipilih dan melepaskan carabiner dari tali pengaman. Dilanjut dengan dokumentasi foto, kali ini difoto dengan kamera hp.
Trekking Kembali Ke Puncak Air Terjun
Dari bawah air terjun ini kita perlu berjalan sedikit menanjak untuk kembali ke posisi awal. Masih menggunakan sepatu karet yang disediakan oleh team canyoneering.
Perjalanan ke atas ini walau agak capek tapi cantiiik banget. Mata gue dimanjakan oleh pemandangan sawah, sungai, bebatuan, perbukitan dan tentu saja air terjun. Jadi buat yang mau menikmati air terjunnya saja tanpa aktivitas ekstrim pun masih sangat gue rekomendasikan untuk datang ke Curug Cikondang Cianjur.
Fasilitas Umum di Sekitar Curug Cikondang Cianjur
Untuk keperluan wisata canyoneering, bisa gue katakan fasilitas umum di Curug Cikondang Cianjur sangat lengkap!
Di mulai dari area parkiran motor dan mobil berada di kedua sisi jalan utama, yang masing-masing parkiran memiliki atap untuk parkiran motor. Lalu di kedua sisi jalan ini juga dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet yang bersih. Masing-masing area kamar mandi setidaknya ada 3-4 bilik.
Lalu ada mushola dengan area wudhu sendiri.
Juga ada warung yang juga menyediakan makanan instan seperti mie. Bahkan ada warung yang menjual duren kampung. Wah mana enak-enak lagi durennya, duren hasil matang pohon. Satu buahnya dibandrol harga 30-40rb tergantung dari ukuran.
Selain warung yang permanen, ada juga jualan gerobakan seperti gorengan, dan bakso. Duh enak banget abis main air terjun, makannya bakso.
Ingat nggak tadi di awal gue bilang nggak perlu trekking untuk mencapai ke puncak air terjun Cikondang? Ternyata kalau setelah turun ya harus trekking guys untuk kembali ke atas! WKWK. Nggak jauh sih, tapi lumayan bikin capek haha. Nah sepanjang jalan ini juga banyak sekali warung jajanan yang bayarnya bisa nanti sekalian di atas.
Wah praktis ya buat para peserta canyoneering yang jelas-jelas nggak bawa dompet turun.
Pakai Trip vs Jalan Sendiri?
Pertama kali saya tahu ada kegiatan canyoneering ini sekitar tahun 2019 dikasih tau oleh teman kantor kala itu, lalu dia juga memberi tahu nama trip yang menyediakan jasa open trip dari Jakarta. Lumayan nggak nyangka, sekian tahun kemudian gue akan canyoneering dengan agen trip yang sama hahaha.
Yup, gue memilih untuk menggunakan pakai open trip.
Apa bisa jalan sendiri tanpa tour?
Jawabannya, bisa. Justru kalau di atas 5 orang gue menyarankan untuk jalan sendiri saja. Dengan begitu, bisa lebih hemat dan punya waktu yang lebih fleksibel. Gue memilih menggunakan open trip tidak lain karena nggak mau ribet ngurusin transportnya. Udah gitu, perjalanan menuju Cianjur juga jauh, ditambah di weekend biasanya kena macet. Jadi lebih enak disetirin sama orang lain hehe.
Buat kamu yang memutuskan jalan sendiri, kamu bisa langsung pesan paket canyoneeringnya on the spot. Nanti begitu parkir langsung terlihat kok signage team canyoneeringnya. Harganya Rp 300.000 – 350.000 /orang.
Harga Paket & Fasilitas Open Trip
Gue pakai jasa open trip dari @tripacker dengan harga Rp 550.00/orang.
Harga di atas sudah termasuk:
– Transport naik Elf dari Jakarta (Cawang / TMII)
– Air minum
– Tiket masuk Curug Cikondang
– Paket canyoneering (alat safety, dokumentasi)
– Makan siang + minum
– Dokumentasi di bawah air terjun
Worth it banget terutama yang solo traveler.
Ohiya berhubung jalannya jauh, jadi kami pun mampir ke ‘rest area’ untuk sarapan dan makan malam. Pas sarapan pagi sih lokasinya di SPBU, tapi nyaman banget, soalnya di sana lengkap ada warung makan dan Alfamart. Tempatnya pun luas.
Nah pas makan malam, kami mampir di warung makan pinggir jalan yang ternyata enak banget juga! Apalagi mereka menyediakan berbagai macam pilihan sop dengan porsi jumbo. Asli dagingnya tumpeh-tumpeh banget, nggak heran harganya lebih mahal dibanding warung pas sarapan hahaha.
Bayangin aja, sarapan gue cuma Rp 20.000 untuk berdua, sedangkan makan malam butuh Rp 72.000 untuk berdua. Cuman emang enak sih makanannya hahaha.
Barang yang Harus Dibawa Ketika Canyoneering Curug Cikondang
Sudah siap untuk canyoneering di Curug Cikondang Cianjur? Ini dia beberapa perlengkapan yang perlu kamu bawa biar kegiatannya semakin seru dan menyenangkan.
- Sunblock/sun screen: Pastikan untuk bawa, lebih bagus lagi yang tahan air. Walau mainnya cuma sebentar, tapi kulit kita sangat terpapar oleh matahari! Gue pakai legging yang 7/8, beuuuh belangnya keliatan parah banget di betis. Apalagi di area betis ini kan ditutupin tali karet dari penutup tulang kering kan, nah jadi keliatan dah tuh garis-garis belang kayak zebra cross.
- Sendal / sepatu yang depannya nggak licin: Memang kita tidak akan trekking, tapi alas kaki yang tidak licin ini ngebantu kita untuk berjalan di area sekitaran air terjun dan tempat briefing. Berhubung jalan ini berupa tanah yang dilalui para peserta air terjun, jadi otomatis jalanannya becek. Ditambah kita akan melewati jembatan bambu yang lumayan licin ketika kena air.
- Uang cash: Buat jajan dan ke toilet, soalnya gabisa QR. Apalagi debit.
- Peralatan Mandi
- Kantong kresek untuk baju basah
- Action cam yang memang waterproof memungkinkan untuk dibawa dan digunakan (opsional bagi yang punya)
- Gunakan baju yang siap basah kuyup. Hindari yang berbahan berat ketika kena air. Lebih baik pakai baju yang bahannya mirip dengan baju renang.
Dan terakhir, jangan lupa untuk membawa hati yang gembira biar makin seru!
Suer nggak berani aku kak kalau disuruh canyoneering, salut buat yang kuat mental
duh berasa ikutan ke sana, adernalinku ikutan terpacu bacanya wkwkwk sejuk pol kak
semoga ada rejeki bisa main ke curug cikondang.
aamiin kak, main ke curugnya aja udah cakep benerrr