Pengalaman Menginap di Hostel Terminal 58 Phuket Town [Review]

Pencarian penginapan di Phuket ini sebenarnya mendadak banget, baru aja dibook di H-1 keberangkatan. Lebih tepatnya pas lagi transit di Kuala Lumpur hahaha. Yang mana hal ini sedikit gue sesali, bukan karena hostelnya, tapi karena harganya 🙁

Jangankan pilihan hostel, awal-awal aja gue nggak tau mau nginep di Phuket Town atau di Patong Beach. Bagaimanapun juga orang datang ke Phuket untuk melihat pantainya, sehingga Patong Beach menjadi area yang paling diminati untuk tinggal.

Beda halnya dengan gue, setelah membaca banyak review, gue memutuskan untuk menghindari tinggal di Patong. Areanya terlalu party-oriented, khawatir malah tidak bisa tidur sampai larut.

Belakangan gue tau dari teman tour yang stay di Patong, di sana benar-benar untuk anak party dan social banget. Clubnya bahkan buka hingga jam 6 pagi!

Dengan begitu pilihan gue tepat untuk stay di Phuket Town, lalu ke Patong Beach untuk day tour saja. Jadi kali ini gue mau review penginapan gue selama di Phuket, yaitu Hostel Terminal58@PhuketTown.

Lokasi Strategis dekat Phuket Old Town

Salah satu destinasi wisata di Phuket yang terkenal adalah Phuket Old Town dan juga Old Town Night Market. Kedua destinasi ini lokasinya hanya maksimal 1 km dari hostel, bisa banget dikunjungi dengan jalan kaki.

Nggak akan kerasa jauh, karena sepanjang jalan banyak cafe dan toko lucu yang memanjakan mata.

pintu masuk hostel terminal 58

Namun jujur saja, agak sulit untuk menemukan pintu masuk hostel ini. Tidak ada sign yang besar dan bangunanya merupakan sebuah ruko yang diapit ruko lainnya. Satu satunya papan nama di hostel ini ada di dinding sebelah pintu masuk yang diprint di selembar kertas HVS berukuran A4.

Untungnya ada dekorasi bunga menghiasi sisi atas pintu hostel ini, sehingga untuk selanjutnya bisa lebih memudahkan gue mengenali hostel ini hahaha.

lobby hostel

Rate per Kasur per Malam

Sepertinya istilah hostel sekarang sudah lebih umum ya, jadi tidak perlu lagi menjelaskan harga nya per kasur bukan kamar. Gue book hostel ini 3 hari 2 malam via aplikasi trip.com, yang kemudian gue extend 1 hari lagi secara cash ke receptionist.

Jujur saja, harga yang gue dapat termasuk tinggi. Gue ingat betul, beberapa hari sebelum berangkat, harganya tidak semahal ini. Gue dapat harga Rp 772.044 untuk 2 malam. Sedangkan untuk tambahan satu malamnya gue bayar 800 THB (+- Rp 382.000). Lebih murah 4 ribu rupiah ya Pak hahaha.

Harga ini terbilang mahal untuk ukuran hostel, beda banget dengan harga hostel di Bangkok dulu.

Kamar Hostel Bunk Bed

Hostel ini punya dua tipe kamar, yaitu female only room dan mixed room. Tentu saja gue pilih yang female only room. Untungnya kamar gue berada di lantai tiga, jadi nggak terlalu jauh lah naik tangganya. Ada 6 kasur dalam satu kamar.

kamar hostel

Fasilitas di dalam kamar ada rak handuk, locker berukuran sedang yang hanya muat tas kecil dan sepatu lalu AC. Sedangkan di bilik kasur, terdapat dua power socket, ambalan kecil di bawah power socket dan lampu baca. Cukup standart lah ya.

Pemisah antar kasur satu dengan yang lainnya adalah sebuah papan triplek tipis. Sedangkan penutup biliknya berupa gorden tipis berwarna putih transparan dengan motif.

Toilet Bersama

Seperti kebanyakan hostel dengan kamar sharing, kamar mandi dan sinknya pun sharing. Enaknya selain kamarnya khusus perempuan, kamar mandinya pun berada di area khusus perempuan. Cocok untuk yg pakai hijab, jadi nggak perlu khawatir rempong pakai hijab dari dalam kamar mandi.

Kalau gue perhatikan di area khusus wanita ini ada 4 kamar tidur, yang mungkin isinya mirip 6 kasur (bisa juga lebih sedikit, gue nggak ngecek). Dengan tamu sebanyak itu, shower roomnya hanya tersedia dua bilik, dan toiletnya juga 2 bilik.

Tapi herannya, gue nggak pernah ngantri untuk ke toilet ataupun mandi? hebat.

kamar mandi dan toilet

Semua shower room juga sudah difasilitasi dengan water heater, walaupun biasanya gue lebih mendambakan mandi air dingin sih setelah diterpa panasnya matahari Phuket. Lalu yang penting juga, semua bilik tersedia gantungan baju! Oh Alhamdulillah.

Cuman, untuk toiletnya masih banyak yang suka buang tisu ke dalam kloset. Gue sih berspekulasi ini ulah bule bule barat ya, yang memang sudah terbiasa menggunakan tissue dibanding bidet. Tapi kan, Thailand mirip di Indonesia ya, mayoritas klosetnya tuh yang belum bisa nerima tissue.

Menurut gue sih penting untuk kasih sign untuk tidak buang tisu ke kloset (#matters)

Ruang Kerja Bersama

lounge area dan kulkas bersama

Area komunal yang sangat gue butuhkan di trip kali ini, bukan, bukan untuk mencari teman trip, tapi untuk ‘literally’ kerja. Berhubung kali ini gue cuma cuti di hari gue perjalanan pulang aja. Dengan kata lain, sepanjang trip wara-wiri gue nggak cuti!

Mirip seperti trip ‘me time’ gue di Lombok akhir tahun kemarin.

Jadi memang isi tripnya kebanyakan cafe hoping dan mendekam di ruang kerja ini. Pernah juga gue kerja hingga tengah malam di sini, dan bertemu dengan bule yang kerja remote yang sedang menunggu agenda meeting di jam 12!

ruang kerja bersama hostel terminal 58

Tempatnya memang terkesan jadul dan tidak keurus ya. Tapi asli, nyaman banget berlama-lama duduk di sini. Bisa dibilang ada 4 spot untuk kerja lengkap dengan power socketnya, tapi satu diantaranya kehilangan kursi.

Ruanganya tidak ber-AC, walau begitu kipas yang menggantung di pojok ruangan ini sudah sangat mumpuni untuk membuat area ini sejuk.

Pada akhirnya, gue bisa bilang, gue nyaman stay di sini dengan semua fasilitasnya.

insalamina

Sedang berusaha menggapai impian keliling dunia dengan kerja remote. Gue dengan senang hati mengizinkan kalian menggunakan gambar atau sebagian post yang gue tulis, tapi tolong backlink atau tulis sumbernya. Gracias

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.